Pantun Jadi Warisan Budaya Tak Benda UNESCO, BRIN Usul Penetapan Hari Pantun Nasional

Sabtu, 15 Februari 2025 - 20:47 WITA

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

CERAKEN.ID- Tradisi Pantun telah ditetapkan sebagai warisan budaya tak benda oleh UNESCO pada 20 Desember 2020 sebagai memory of the world. Hal tersebut disampaikan Sastri Sunarti, Kepala Pusat Riset Manuskrip, Literatur, dan Tradisi Lisan (PR MLTL) Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Senin (10/02).

Salah satu upaya melestarikan warisan budaya ini, BRIN melalui Organisasi Riset Arkeologi, Bahasa, dan Sastra (OR Arbastra) bekerja sama dengan Asosiasi Tradisi Lisan (ATL) menyelenggarakan seminar international “Pantun Nusantara: Strategi Kultural Merawat Warisan Budaya di Era Digital” yang berlangsung Senin – Selasa, 10-11 Februari 2025 di Kampus BRIN Kawasan Sains Sarwono Prawirohardjo, Jakarta.

Kepala OR Arbastra BRIN, Herry Jogaswara menambahkan dengan pengakuan UNESCO terhadap pantun sebagai warisan budaya tak benda, maka ia berharap agar setiap tanggal penetapan tersebut diperingati sebagai hari pantun nasional.

“Seperti kita ketahui bahwa pantun di Indonesia penyebarannya sangat luas. Seperti suku Melayu di Sumatera, di Kalimantan ada di Kutai, di Sulawesi pada masyarakat Manado dan Gorontalo, juga di Jawa termasuk Betawi, Sunda yang memang menjadi milik dari berbagai suku atau etnis yang ada di Indonesia,” beber Herry.

Mukhlis Paeni selaku Ketua Dewan Pembina ATL menjelaskan, pantun adalah sebuah instrumen penting sebagai pranata budaya, yang mengantar generasi pelanjut untuk menjadi manusia yang maju dan berkepribadian dalam berkebudayaan. “Sangat diharapkan, agar generasi muda tidak hanya menjadi manusia berilmu dan tangguh, tetapi menjadi manusia yang berkepribadian santun dan memiliki budi bahasa yang baik,” harapnya.

Baca Juga :  Nusantara Tangguh dan Tafsir Kekuatan dalam “Menghadang Kubilai Khan” AJ Susmana

Mukhlis lalu menerangkan fungsi utamanya sebagai penjaga marwah dan jati diri bangsa, seperti yang diharapkan oleh pendiri bangsa. Di mana, trilogi syarat untuk menjadi bangsa Indonesia yang maju adalah harus berdaulat di bidang politik berdikari, di bidang ekonomi, dan berkepribadian di bidang kebudayaan.

Dalam seremoni pembukaan kegiatan juga diluncurkan Buku “Merayakan Pantun Asia Tenggara: Tradisi Lisan, Ritual, dan Pengetahuan Alam Semesta” dan “Metodologi Kajian Sastra Lisan” terbitan Yayasan Obor Indonesia. Seminar menghadirkan sejumlah 30 pemakalah dari berbagai negara yaitu Indonesia, Malaysia, Brunei Darussalam, Singapura, Thailand, dan Belanda. Kegiatan ini juga dihadiri Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI periode 1993 – 1998, Wardiman Djojonegoro dan juga sang maestro penyair Indonesia, Taufik Ismail.

Menbud Himbau Pantun Terus Dipromosikan

Dalam pidato kuncinya, Menteri Kebudayaan Republik Indonesia, Fadli Zon menghimbau agar tradisi lisan termasuk pantun terus dipromosikan. Tidak hanya soal cagar budayanya, tetapi juga warisan budaya yang merupakan wujud utama.

Baca Juga :  Nusantara Tangguh dan Tafsir Kekuatan dalam “Menghadang Kubilai Khan” AJ Susmana

Fadli berpandangan, pantun hidup dalam tradisi yang panjang dan bagian dari kekayaan budaya Indonesia. Menurutnya pantun merupakan sebagai salah satu bentuk karya sastra tradisional yang telah lama menjadi bagian dari kehidupan masyarakat, di mana Indonesia dihuni masyarakat yang multikultural.

“Pantun tak hanya menjadi sarana hiburan yang menghubungkan perbedaan, namun juga memperkuat persatuan dan memperkaya identitas nasional,” harapnya.

Terkait itu, Fadli menegaskan bahwa Kementerian Kebudayaan RI bertugas memajukan budaya nasional dan berkomitmen untuk melindungi, mengembangkan, memanfaatkan, dan membina kehidupan kebudayaan untuk mewujudkan masyarakat Indonesia yang berdaulat secara politik. Hal tersebut tercantum dalam UUD 1945 Pasal 32 ayat 1, sebagaimana ia sebutkan, bahwa negara memajukan kebudayaan nasional Indonesia di tengah peradaban dunia dengan menjamin kebebasan masyarakat dalam memelihara dan mengembangkan nilai – nilai budayanya.

Artinya, lanjut Fadli, memang ada kewajiban negara di dalam memajukan kebudayaan nasional Indonesia dan kontribusinya bagi peradaban dunia. Ia juga berpendapat, kebudayaan daerah juga harus dilindungi, dilestarikan, dan dipromosikan sebagai bagian dari identitas bangsa dan kebudayaan nasional. Jadi, fungsinya, laksana menjadi payung yang menyatukan keragaman budaya daerah di bawah satu identitas bersama Indonesia***

Berita Terkait

Nusantara Tangguh dan Tafsir Kekuatan dalam “Menghadang Kubilai Khan” AJ Susmana
Bangunan Belanda di Taman Suranadi Diajukan Masuk Cagar Budaya
Masjid Songak: Warisan Sejarah dan Tradisi Islam Lombok yang Tetap Hidup
Pengaruh Akulturasi Tionghoa dalam Warisan Budaya Indonesia: Dari Pakaian Tradisional hingga Kuliner
Pemkab Nganjuk Tetapkan Candi Ngetos dan Candi Lor sebagai Cagar Budaya
Batik Sasambo, Kain NTB dengan Sentuhan Legenda Putri Mandalika
Kinerja Cemerlang Pj Bupati Lobar Tuai Apresiasi Kemendagri, H. Ilham: Ini Hasil Kolaborasi Bersama
Banjir Hantam  Desa Aikmel Barat Lombok Timur. Ternyata ini Penyebabnya!

Berita Terkait

Kamis, 27 November 2025 - 18:41 WITA

Nusantara Tangguh dan Tafsir Kekuatan dalam “Menghadang Kubilai Khan” AJ Susmana

Minggu, 16 Februari 2025 - 19:24 WITA

Bangunan Belanda di Taman Suranadi Diajukan Masuk Cagar Budaya

Minggu, 16 Februari 2025 - 19:19 WITA

Masjid Songak: Warisan Sejarah dan Tradisi Islam Lombok yang Tetap Hidup

Sabtu, 15 Februari 2025 - 21:05 WITA

Pengaruh Akulturasi Tionghoa dalam Warisan Budaya Indonesia: Dari Pakaian Tradisional hingga Kuliner

Sabtu, 15 Februari 2025 - 20:47 WITA

Pantun Jadi Warisan Budaya Tak Benda UNESCO, BRIN Usul Penetapan Hari Pantun Nasional

Berita Terbaru

Apa yang mereka lakukan berangkat dari kesadaran sebagai manusia biasa  (Foto: ist)

AGENDA SOSIAL

Seni sebagai Kesaksian Zaman: Solidaritas dari Mataram untuk Sumatera

Selasa, 23 Des 2025 - 01:12 WITA

The Last Fruit mengandung metafora yang kuat. Ia terdengar sederhana, tetapi sekaligus menggetarkan (Foto: bp)

TOKOH & INSPIRASI

Buah Terakhir dari Hutan yang Terkoyak

Senin, 22 Des 2025 - 20:32 WITA

Karya-karya Pak Kisid (kanan) hadir sebagai penanda bahwa seni tidak hanya berbicara tentang bentuk dan warna, tetapi juga tentang nilai dan tanggung jawab.(Foto: ist)

TOKOH & INSPIRASI

I Nengah Kisid: Melukis sebagai Jalan Membaca, Mendengar, dan Melakukan

Senin, 22 Des 2025 - 18:32 WITA

Dari Sumbawa, sebuah gagasan sedang dirajut: bahwa masa depan literasi daerah tidak harus gemerlap, tetapi harus berakar (foto: NR)

KEARIFAN LOKAL

Menggagas Perpustakaan Tematik: Jalan Sunyi Literasi dari Tana Samawa

Senin, 22 Des 2025 - 16:54 WITA

Dipsy Do tergolong band baru, lahir dari jam-jam sepulang kerja (Foto: Konser Lombok)

MUSIC & SHOW BIZZ

Dipsy Do di Soundrenaline 2025: Dari Mataram ke Pusat Hiruk-Pikuk Modernitas

Senin, 22 Des 2025 - 15:50 WITA