MATARAM (ceraken.id)- Penjabat (Pj) Gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB) Lalu Gita Ariadi angkat bicara setelah dituntut mundur dari jabatannya. Ia didesak mundur lantaran diduga berpolitik praktis untuk maju sebagai calon kepala daerah (pilkada) pada 27 November 2024.
Permintaan itu dilontarkan sejumlah pihak seusai Lalu Gita turut menghadiri pengarahan calon pilkada Partai Golkar di Jakarta beberapa waktu lalu. Lalu Gita saat itu hadir berpakaian warna kuning khas Partai Golkar.
Lalu Gita menegaskan dirinya siap dan memastikan akan mundur sebagai Pj Gubernur NTB. Namun ia akan mundur jika memang sudah benar-benar diusung untuk maju sebagai calon gubernur.
“Kalau nanti prosesnya ada deal dan sesuai serta akhirnya saya terusung, maka konsekuensi logisnya saya mundur. Pasti saya mundur,” kata Lalu Gita dalam keterangannya, Senin (15/4/2024).
Gita menerangkan seluruh Pj kepala daerah sudah dikumpulkan melalui video konferensi oleh Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tito Karnavian. Tito dalam pertemuan itu menegaskan jika Pj kepala daerah boleh maju pilkada asalkan mundur dari jabatannya.
“Pak Tito bilang boleh Pj melanjutkan ikhtiar tapi saat mendaftar tidak ada Pj yang mendaftar. Makanya kalau ada minat silahkan, tapi mundur,” terang pria yang akrab disapa Miq Gite itu.
Namun, kata Lalu Gita, regulasi mengenai mekanisme pengunduran Pj kepala daerah bila baju kontestasi politik dalam proses penyusunan di Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri). “Jadi nggak perlu desak atau menuntut saya mundur. Pasti pada saatnya saya akan mundur,” katanya.
Lalu Gita membantah jika kehadirannya di DPP Golkar telah melakukan kegiatan politik praktis. Sebab, kedatangannya untuk memenuhi undangan sebagai non kader karena namanya masuk dalam rekomendasi Partai Golkar untuk maju dalam kontestasi Pilkada Gubernur NTB.
“Undangan itu dari Golkar untuk kader dan non kader. Maka saya menggunakan undangan non kader itu untuk berangkat. Jadi kalau ada yang bilang saya politik praktis tentu tidak,” ujarnya.
“Karena kedatangan ke Golkar bukan dalam rangka mengurus KTA. Jadi kalau politik praktis ditandai dengan keanggotaan. Tapi saya itu tidak, tapi mengundang kader dan non kader atau masyarakat,” sambungnya.
Namun Lalu Gita mengaku tidak ingin terlalu besar kepala meski mendapatkan undangan dari Partai Golkar. Sebab, proses untuk bisa maju dan diusung Partai Golkar masih panjang dan diukur melalui hasil survei.
Tak hanya itu, sejumlah nama besar juga ada diusung Partai Golkar dan kapasitasnya sebagai kader, seperti Ketua DPD Partai Golkar NTB Mohan Roliskana, mantan Ketua DPD Golkar sekaligus mantan Bupati Lombok Tengah Suhaili FT, dan Bupati Bima Indah Dhamayanti Putri.
Lalu Gita mengaku realistis dan tak ujug-ujug akan maju. Ia akan menimang sejumlah pertimbangan, termasuk dengan melihat hasil survei.***