Keseimbangan

Sabtu, 16 Maret 2024 - 08:49 WITA

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Tubuh, pada hakikatnya adalah gambaran individualitas yang terbatas pada kebutuhan maupun keinginan yang harus dipenuhinya. Tapi ketika individualitas mulai masuk dalam lingkaran yang lebih besar yang bernama sosialitas, maka tubuh mulai mengenal apa yang disebut sebagai kompleksitas hasrat dimana seseorang sudah mulai    mengalami desakan kebutuhan di luar apa yang menjadi kebutuhannya. Rasa haus dan lapar, yang semula untuk

memenuhinya cukup dengan apa yang dibutuhkan tubuh, akan segera berubah ketika lingkungan sosial mulai mempengaruhi dengan membuat godaan pada pikiran dan perasaan.

Itu yang terjadi pada rata-rata individu ketika sudah mulai berinteraksi dengan   lingkungannya. Interaksi sosial yang semakin berkembang dan meluas telah merubah     orientasi rasa setiap orang. Konsep kebutuhan yang semula sederhana telah digantikan oleh keinginan yang ditanamkan oleh budaya konsumerisme, membuat panca indera kehilangan kendali diri karena terus-menerus diserang oleh visualisasi iklan makanan dan minuman. Rasa lapar dan haus tidak lagi timbul karena kebutuhan yang dirasakan tubuh, melainkan karena keinginan yang diciptakan oleh lingkungan sosial. Dan panca indera  adalah target yang paling utama untuk membuat godaan sosial itu sulit dielakkan.

Baca Juga :  Ataraxia: Ketenangan Jiwa yang Murni

Dalam situasi seperti tergambar di atas, puasa tak pelak menjadi solusi yang efektif untuk membebaskan diri dari godaan, baik yang berasal dari dalam diri maupun dari luar (sosial). Puasa mengajarkan kepada mereka yang menjalaninya untuk bisa mengendalikan diri, untuk menempatkan kebutuhan fisik di atas keinginan duniawi yang sementara. Karena sesungguhnya rasa haus dan lapar itu memiliki durasi yang pasti dan bisa diatasi dengan kesabaran.

Tapi mengapa kita sering kali  gagal dan menyerah pada godaan yang muncul dari lingkungan sosial kita? Jawabannya memang tidak tunggal, tapi satu diantaranya karena lemahnya keyakinan akan kekuatan puasa bisa melawan rayuan maupun godaan sosial.  Juga, tidak yakinnya bahwa puasa itu bisa menjaga keseimbangan tubuh. Sebagai ibadah yang bertumpu pada kuatnya keyakinan, puasa akan selalu menjadi “kesulitan” bagi yang ragu-ragu apalagi tak memiliki keyakinan. Sebaliknya, puasa akan menjadi ritual yang menakjubkan ketika tubuh, sejak terbit fajar hingga terbenamnya matahari, ternyata tak memiliki masalah tanpa asupan seperti biasanya. Bahkan, tubuh justru menjadi ringan dan beraura. Ya puasalah yang membuat kemenakjuban tubuh menjadi nyata.

Baca Juga :  Ataraxia: Ketenangan Jiwa yang Murni

Puasa adalah metode terbaik untuk membuat yang menjalaninya tahu bagaimana menjaga keseimbangan tubuh dalam memenuhi kebutuhan dan keinginannya pada ketetapan waktu yang berkepastian. Puasa menjadi pembelajaran yang tak pernah berhenti bila mengingat nafsu juga tak pernah berjeda menggoda manusia.

Semoga kita semua termasuk dalam kaum yang mengerti akan kebaikan yang      terkandung dalam ibadah puasa. Semoga puasa tidak hanya membantu kita mengatasi  godaan dan memperkuat jiwa, tetapi juga membimbing kita untuk hidup dalam  keseimbangan jiwa dan raga. Insyaallah.**

 

 

Berita Terkait

Ataraxia: Ketenangan Jiwa yang Murni
CLOSING DAY
SOSMED
AMBIVALENSI
PREFERENSI
Setan
Kematian
Takut

Berita Terkait

Jumat, 12 Desember 2025 - 14:40 WITA

Ataraxia: Ketenangan Jiwa yang Murni

Rabu, 10 April 2024 - 13:04 WITA

CLOSING DAY

Senin, 8 April 2024 - 15:14 WITA

SOSMED

Minggu, 7 April 2024 - 08:57 WITA

AMBIVALENSI

Sabtu, 6 April 2024 - 11:15 WITA

PREFERENSI

Berita Terbaru

Apa yang mereka lakukan berangkat dari kesadaran sebagai manusia biasa  (Foto: ist)

AGENDA SOSIAL

Seni sebagai Kesaksian Zaman: Solidaritas dari Mataram untuk Sumatera

Selasa, 23 Des 2025 - 01:12 WITA

The Last Fruit mengandung metafora yang kuat. Ia terdengar sederhana, tetapi sekaligus menggetarkan (Foto: bp)

TOKOH & INSPIRASI

Buah Terakhir dari Hutan yang Terkoyak

Senin, 22 Des 2025 - 20:32 WITA

Karya-karya Pak Kisid (kanan) hadir sebagai penanda bahwa seni tidak hanya berbicara tentang bentuk dan warna, tetapi juga tentang nilai dan tanggung jawab.(Foto: ist)

TOKOH & INSPIRASI

I Nengah Kisid: Melukis sebagai Jalan Membaca, Mendengar, dan Melakukan

Senin, 22 Des 2025 - 18:32 WITA

Dari Sumbawa, sebuah gagasan sedang dirajut: bahwa masa depan literasi daerah tidak harus gemerlap, tetapi harus berakar (foto: NR)

KEARIFAN LOKAL

Menggagas Perpustakaan Tematik: Jalan Sunyi Literasi dari Tana Samawa

Senin, 22 Des 2025 - 16:54 WITA

Dipsy Do tergolong band baru, lahir dari jam-jam sepulang kerja (Foto: Konser Lombok)

MUSIC & SHOW BIZZ

Dipsy Do di Soundrenaline 2025: Dari Mataram ke Pusat Hiruk-Pikuk Modernitas

Senin, 22 Des 2025 - 15:50 WITA