Kesungguhan

- Pewarta

Jumat, 29 Maret 2024 - 09:53 WITA

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Setiap memasuki bulan suci Ramadan, umat Islam selalu diingatkan akan pentingnya kesungguhan dalam menjalankan ibadah puasa. Kita tahu puasa dalam Islam tidak sekadar menahan diri dari urusan makan, minum, dan hubungan intim, melainkan juga menuntut kesanggupan untuk menahan diri dari segala hal yang sesungguhnya halal dan diperbolehkan. Namun, mengapa kita harus melakukannya semua itu?

Kesungguhan dalam berpuasa adalah cermin dari kesungguhan kita dalam mengikuti perintah Allah SWT. Puasa adalah bukti dari ketaatan dan kepatuhan kita terhadap ajaran-Nya. Seseorang yang mampu menahan diri dari hal-hal yang dilarang dalam puasa seharusnya juga mampu untuk konsisten dalam mengendalikan hawa nafsunya agar tidak terjerumus dalam kemaksiatan dan dosa.

Ketika seseorang mampu menahan diri dari segala hal yang dilarang selama puasa, seperti makan, minum, dan hubungan intim, itu menunjukkan bahwa ia memiliki kontrol yang kuat atas dirinya sendiri. Ini adalah cermin dari kekuatan spiritual dan keteguhan hati dalam menjalankan ibadah. Selain itu, kemampuan untuk menahan diri dari godaan dan nafsu yang mengarah pada kemaksiatan dan dosa adalah bukti nyata dari kesungguhan seseorang dalam menjalani kehidupan yang sesuai dengan ajaran agama.

Puasa juga memberikan pelajaran penting tentang bagaimana mengendalikan hawa nafsu. Ketika seseorang mampu menahan diri dari makanan, minuman, dan kegiatan-kegiatan lain yang biasanya memenuhi kebutuhan duniawi, ia juga belajar untuk mengendalikan keinginan dan keinginan dunia yang mungkin mengarah pada perbuatan yang tidak terpuji. Dengan demikian, puasa tidak hanya merupakan bentuk ibadah, tetapi juga merupakan latihan dalam membangun karakter yang kuat dalam usaha mengendalikan diri.

Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhari, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan bahwa Allah tidak membutuhkan rasa lapar dan haus seseorang jika ia tidak meninggalkan perkataan dusta dan tetap mengamalkannya. Hal ini menegaskan bahwa puasa bukan hanya tentang menahan lapar dan haus secara fisik, melainkan juga menuntut kejujuran diri dalam berbicara dan bertindak.

Makna hadis tersebut sangat jelas, seseorang yang tidak mampu meninggalkan dusta dan terus melakukan perbuatan yang menyebabkan dosa lisan, belum benar-benar mencapai tujuan dari ibadah puasa. Puasa bukan hanya sekadar menjalani ritualisasi, tetapi juga merupakan kesempatan untuk membersihkan hati, pikiran, dan perilaku dari segala bentuk kemaksiatan.

Semoga kesungguhan kita dalam menjalankan puasa Ramadan membawa kita pada kesanggupan untuk mencapai tujuan sejati dari ibadah puasa, yakni mendekatkan diri kepada Allah SWT, membersihkan diri dari dosa, dan memperkuat ketakwaan kita kepada-Nya. Dengan tekad yang kuat dan kesungguhan yang tulus, kita dapat meraih berkah dan rahmat yang melimpah di bulan suci ini. Hal ini juga merupakan kesempatan bagi kita untuk merefleksikan diri, memperbaiki diri, dan meningkatkan hubungan spiritual kita dengan Allah SWT. Insyaallah.**

Penulis : Cukup Wibowo

Berita Terkait

CLOSING DAY
SOSMED
AMBIVALENSI
PREFERENSI
Setan
Kematian
Takut
On Time

Berita Terkait

Rabu, 10 April 2024 - 13:04 WITA

CLOSING DAY

Senin, 8 April 2024 - 15:14 WITA

SOSMED

Minggu, 7 April 2024 - 08:57 WITA

AMBIVALENSI

Sabtu, 6 April 2024 - 11:15 WITA

PREFERENSI

Jumat, 5 April 2024 - 10:56 WITA

Setan

Berita Terbaru

Translate »