LOMBOK TIMUR (ceraken.id) – Harga beras mulai menurun. Hal ini karena mulai adanya panen padi. Khususnya di Kabupaten Lombok Timur (Lotim) pada bulan Maret 2024 ini, seluas 8.746 hektar (ha) lahan pertanian padi panen.
Hal ini dikemukakan Kepala Bidang Tanaman Pangan dan Hortikultura Dinas Pertanian Lotim, H. Badarudin. Menjawab Suara NTB, Sabtu, 16 Maret 2024, jika dikalikan produktivitas rata-rata per hektar sebesar 6 ton maka produksi menjadi 48.890 ton Gabah Kering Panen (GKP).
Berdasarkan penghitungan tersebut, dikonversi menjadi beras maka diperkirakan akan menjadi sebanyak 32.923 ton. “Konversi dari Gabah Kering Panen ke beras sebesar 62,74 persen,” ucapnya
Sementara itu, ketika dibandingkan dengan perkiraan kebutuhan beras per org per tahun sebesar 118,85 kg, maka sebulan sekitar 9,904 kg, sehingga Kebutuhan beras penduduk Lotim sebanyak 1,3 juta x 9,904, maka akan menjadi sekitar 12.875 ton per bulan.
Hasil panen bulan Maret ini saja diyakini akan bisa untuk memenuhi kebutuhan 2,5 bulan ke depan seluruh penduduk Kabupaten Lotim. Belum lagi katanya bakal ditambah lagi dengan panen bulan April yang diprediksi jauh akan lebih besar lagi.
Diakui, lonjakan harga beras beberapa bulan lalu cukup mahal. H. Badarudin mengatakan rencana tanam padi untuk periode Oktober 2023 sampai dengan Maret 2024 seluas 45.033 hektar. Sementara sampai dengan tanggal 21 Februari 2024 terealisasi seluas 40.563 hektar, sehingga masih sisa 4.471 hektar.
“Kalau kondisi iklim dapat kembali normal Insha Allah bisa terpenuhi, tapi kalau hujan tidak juga turun dengan normal pada Maret ini target luas tanam tidak bisa dipenuhi,” ungkap H. Badar.
Langkah yang dilakukan Dinas Pertanian adalah mengimbau kepada petani melalui Petugas Penyuluh Lapangan (PPL) yang ada di semua kecamatan untuk melakukan percepatan tanam dengan sistem culik terutama pada daerah tengah dan utara yang masih tersedia sumber air irigasi.
H Badar menjelaskan, sistem culik artinya sebelum panen petani sudah mulai kembali melakukan persemaian benih, sehingga, ketika panen tidak menunggu lama seperti kebiasaan petani sebulan baru mulai tanam karena harus menunggu persemaian yang dilakukan setelah panen.
Kedua, sambungnya, untuk antisipasi kegagalan panen terutama karena ancaman el nino petani dihimbau untuk masuk Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP). AUTP ini bisa meringankan beban petani ketika terjadi gagal tanam, karena ada penggantian***
Sumber Berita : Suara NTB