Pengaruh Akulturasi Tionghoa dalam Warisan Budaya Indonesia: Dari Pakaian Tradisional hingga Kuliner

Sabtu, 15 Februari 2025 - 21:05 WITA

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Menteri Kebudayaan Fadli Zon saat memberikan kata sambutan dalam pembukaan pameran Kongsi: Akulturasi Tionghoa di Nusantara di Museum Nasional, Jakarta. (ANTARA/Hreeloita Dharma Shanti)

Menteri Kebudayaan Fadli Zon saat memberikan kata sambutan dalam pembukaan pameran Kongsi: Akulturasi Tionghoa di Nusantara di Museum Nasional, Jakarta. (ANTARA/Hreeloita Dharma Shanti)

CARAKEN.ID – Warisan budaya Indonesia tidak terlepas dari pengaruh budaya Tionghoa yang telah memberikan kontribusi besar dalam membentuk keragaman budaya Nusantara. Pengaruh ini terus berlanjut hingga kini, memperkaya berbagai aspek kehidupan, mulai dari seni, sastra, hingga kuliner.

“Interaksi budaya Tionghoa telah memberikan kontribusi besar dalam memperkaya warisan budaya Indonesia,” ujar Fadli Zon, Menteri Kebudayaan RI, dalam pembukaan pameran Kongsi: Akulturasi Tionghoa di Nusantara di Museum Nasional, Jakarta, seperti dikutip dari ANTARA.

Fadli menjelaskan bahwa kebudayaan Indonesia, yang terbentang dari Sabang hingga Merauke, telah mengalami akulturasi dengan berbagai peradaban dunia, termasuk Tiongkok, India, Timur Tengah, Eropa, hingga Amerika. Salah satu bentuk nyata dari interaksi budaya ini dapat dilihat dalam dunia sastra. Jika sebelumnya para penyair Nusantara menulis di daun lontar atau kulit pohon, kehadiran kertas yang dibawa pedagang Tionghoa membawa perkembangan dalam metode penulisan.

Baca Juga :  Nusantara Tangguh dan Tafsir Kekuatan dalam “Menghadang Kubilai Khan” AJ Susmana

Dari sisi fesyen, akulturasi budaya menghasilkan inovasi dalam motif batik dan pakaian tradisional. Beberapa contoh nyata adalah kebaya encim, kerah shanghai, dan baju koko, yang merupakan perpaduan budaya lokal dengan pengaruh Tionghoa.

Dalam bidang kuliner, akulturasi ini semakin terasa dengan hadirnya berbagai hidangan khas seperti bakmi, teh, lumpia, dan bakso, yang kini telah menjadi bagian dari identitas kuliner Indonesia. Hidangan-hidangan tersebut telah beradaptasi dengan cita rasa lokal, menciptakan variasi baru yang semakin memperkaya kuliner Nusantara.

Fadli menambahkan bahwa sejak era Sriwijaya dan Majapahit, Nusantara telah menjadi pusat pertemuan berbagai budaya. Warisan peranakan yang terus berkembang hingga saat ini menjadi bukti nyata dari dinamika akulturasi yang kaya.

Baca Juga :  Nusantara Tangguh dan Tafsir Kekuatan dalam “Menghadang Kubilai Khan” AJ Susmana

Selain pengaruh Tionghoa, banyak tradisi di Indonesia juga menunjukkan percampuran budaya dari berbagai bangsa. Musik Gambus, misalnya, berasal dari Timur Tengah tetapi telah berpadu dengan unsur lokal menjadi kesenian khas Melayu. Begitu pula dengan Wayang Potehi, yang berakar dari budaya Tionghoa tetapi telah mengalami adaptasi sesuai dengan karakter dan cerita khas Indonesia.

Dengan latar belakang tersebut, Fadli menekankan pentingnya melestarikan dan mengenali warisan budaya yang telah terbentuk. Ia mengajak masyarakat untuk lebih mengenal sejarah dan budaya melalui kunjungan ke museum agar nilai-nilai budaya tidak pudar dan tetap menjadi bagian dari identitas bangsa.***

 

 

 

 

 

Berita Terkait

Nusantara Tangguh dan Tafsir Kekuatan dalam “Menghadang Kubilai Khan” AJ Susmana
Bangunan Belanda di Taman Suranadi Diajukan Masuk Cagar Budaya
Masjid Songak: Warisan Sejarah dan Tradisi Islam Lombok yang Tetap Hidup
Pantun Jadi Warisan Budaya Tak Benda UNESCO, BRIN Usul Penetapan Hari Pantun Nasional
Pemkab Nganjuk Tetapkan Candi Ngetos dan Candi Lor sebagai Cagar Budaya
Batik Sasambo, Kain NTB dengan Sentuhan Legenda Putri Mandalika
Kinerja Cemerlang Pj Bupati Lobar Tuai Apresiasi Kemendagri, H. Ilham: Ini Hasil Kolaborasi Bersama
Banjir Hantam  Desa Aikmel Barat Lombok Timur. Ternyata ini Penyebabnya!

Berita Terkait

Kamis, 27 November 2025 - 18:41 WITA

Nusantara Tangguh dan Tafsir Kekuatan dalam “Menghadang Kubilai Khan” AJ Susmana

Minggu, 16 Februari 2025 - 19:24 WITA

Bangunan Belanda di Taman Suranadi Diajukan Masuk Cagar Budaya

Minggu, 16 Februari 2025 - 19:19 WITA

Masjid Songak: Warisan Sejarah dan Tradisi Islam Lombok yang Tetap Hidup

Sabtu, 15 Februari 2025 - 21:05 WITA

Pengaruh Akulturasi Tionghoa dalam Warisan Budaya Indonesia: Dari Pakaian Tradisional hingga Kuliner

Sabtu, 15 Februari 2025 - 20:47 WITA

Pantun Jadi Warisan Budaya Tak Benda UNESCO, BRIN Usul Penetapan Hari Pantun Nasional

Berita Terbaru

Apa yang mereka lakukan berangkat dari kesadaran sebagai manusia biasa  (Foto: ist)

AGENDA SOSIAL

Seni sebagai Kesaksian Zaman: Solidaritas dari Mataram untuk Sumatera

Selasa, 23 Des 2025 - 01:12 WITA

The Last Fruit mengandung metafora yang kuat. Ia terdengar sederhana, tetapi sekaligus menggetarkan (Foto: bp)

TOKOH & INSPIRASI

Buah Terakhir dari Hutan yang Terkoyak

Senin, 22 Des 2025 - 20:32 WITA

Karya-karya Pak Kisid (kanan) hadir sebagai penanda bahwa seni tidak hanya berbicara tentang bentuk dan warna, tetapi juga tentang nilai dan tanggung jawab.(Foto: ist)

TOKOH & INSPIRASI

I Nengah Kisid: Melukis sebagai Jalan Membaca, Mendengar, dan Melakukan

Senin, 22 Des 2025 - 18:32 WITA

Dari Sumbawa, sebuah gagasan sedang dirajut: bahwa masa depan literasi daerah tidak harus gemerlap, tetapi harus berakar (foto: NR)

KEARIFAN LOKAL

Menggagas Perpustakaan Tematik: Jalan Sunyi Literasi dari Tana Samawa

Senin, 22 Des 2025 - 16:54 WITA

Dipsy Do tergolong band baru, lahir dari jam-jam sepulang kerja (Foto: Konser Lombok)

MUSIC & SHOW BIZZ

Dipsy Do di Soundrenaline 2025: Dari Mataram ke Pusat Hiruk-Pikuk Modernitas

Senin, 22 Des 2025 - 15:50 WITA