Prasangka

Kamis, 21 Maret 2024 - 09:41 WITA

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Salah satu alasan kenapa kita harus mampu mengelola prasangka karena baik maupun buruknya prasangka adalah cerminan dari pengalaman hidup yang terus berjalan mengikuti irama waktu. Ketika kita melihat dunia melalui cermin pengalaman kita, maka prasangka cenderung muncul secara alami.

Bila dalam pengalaman hidup kita bertimbun banyak prasangka buruk, maka pikiran kita hanya akan berisi lebih banyak keburukan. Namun begitu, efek prasangka buruk sungguh luar biasa. Ia bisa lebih hebat dibandingkan rasa haus dan lapar, karena mampu mempengaruhi pikiran dan emosi kita dengan cara yang sangat mendalam. Bahkan saat sedang berpuasa pun, prasangka buruk bisa tetap menghantui kita, menguji keteguhan dan kesabaran kita.

Prasangka buruk bukanlah sesuatu yang mudah dihadapi. Ia sering menjadi penghalang dalam relasi personal atau sosial, itu membuat kita menjadi sulit untuk memahami orang lain yang seharusnya mudah dan sederhana. Namun begitu, kita ternyata tak sendirian karena semua orang pada dasarnya pernah dan bahkan berkali-kali dihinggapi oleh prasangka buruk dalam dirinya. Sehingga, yang diperlukan untuk menjadi pembeda satu sama lain adalah bagaimana kita bisa keluar dari jebakan prasangka buruk itu.

Baca Juga :  Ataraxia: Ketenangan Jiwa yang Murni

Sebagai sebuah ibadah terbuka yang landasannya adalah kesadaran, puasa adalah solusi untuk semua urusan yang berkaitan dengan jiwa dan raga. Mengatasi prasangka buruk itu jauh menjadi lebih penting. Karena bila kita gagal mengatasi tumbuhnya prasangka buruk, ia tidak saja mendestruksi jiwa tapi juga raga. Puasa tidak hanya tentang menahan diri dari makan dan minum, tetapi juga tentang membersihkan jiwa dan pikiran. Ketika kita berpuasa, kita diharapkan untuk mengontrol hawa nafsu dan emosi kita. Praktik ini menuntut kesadaran yang lebih dalam terhadap pikiran dan perasaan kita.

Mengatasi prasangka buruk membutuhkan langkah-langkah yang konkret. Pertama, kita perlu mengakui keberadaan prasangka dalam pikiran kita. Kesadaran akan adanya prasangka adalah langkah awal untuk mengatasinya. Kedua, kita harus mampu melakukan kontemplasi secara teratur. Dengan memeriksa kembali keyakinan dan pandangan kita tentang orang lain, kita dapat melihat lebih jauh dari sekadar prasangka dan stereotip.

Baca Juga :  Ataraxia: Ketenangan Jiwa yang Murni

Selain itu, puasa mengajarkan kita tentang kesabaran dan pengendalian diri. Ketika kita merasa tergoda untuk bertindak atas dasar prasangka, puasa mengingatkan kita untuk tetap tenang dan sabar. Ini adalah momen bagi kita untuk membangun kesadaran akan nilai-nilai seperti kejujuran, kerendahan hati, dan penghargaan terhadap sesama.

Dalam keseluruhan prosesnya, puasa menjadi momen untuk menunjukkan keteguhan karakter dan kekuatan batin kita. Ini adalah waktu untuk meneguhkan tekad kita untuk mengatasi prasangka buruk dan menjadi lebih baik dalam memahami orang lain. Dengan demikian, pesan puasa menjadi jelas bahwa kita diharapkan untuk membersihkan pikiran dan hati dari prasangka buruk, serta menjaga kesabaran dan ketekunan dalam menghadapi ujian kehidupan. Insyaallah.**

Penulis : Cukup Wibowo

Editor : Editor Ceraken

Berita Terkait

Ataraxia: Ketenangan Jiwa yang Murni
CLOSING DAY
SOSMED
AMBIVALENSI
PREFERENSI
Setan
Kematian
Takut

Berita Terkait

Jumat, 12 Desember 2025 - 14:40 WITA

Ataraxia: Ketenangan Jiwa yang Murni

Rabu, 10 April 2024 - 13:04 WITA

CLOSING DAY

Senin, 8 April 2024 - 15:14 WITA

SOSMED

Minggu, 7 April 2024 - 08:57 WITA

AMBIVALENSI

Sabtu, 6 April 2024 - 11:15 WITA

PREFERENSI

Berita Terbaru

Apa yang mereka lakukan berangkat dari kesadaran sebagai manusia biasa  (Foto: ist)

AGENDA SOSIAL

Seni sebagai Kesaksian Zaman: Solidaritas dari Mataram untuk Sumatera

Selasa, 23 Des 2025 - 01:12 WITA

The Last Fruit mengandung metafora yang kuat. Ia terdengar sederhana, tetapi sekaligus menggetarkan (Foto: bp)

TOKOH & INSPIRASI

Buah Terakhir dari Hutan yang Terkoyak

Senin, 22 Des 2025 - 20:32 WITA

Karya-karya Pak Kisid (kanan) hadir sebagai penanda bahwa seni tidak hanya berbicara tentang bentuk dan warna, tetapi juga tentang nilai dan tanggung jawab.(Foto: ist)

TOKOH & INSPIRASI

I Nengah Kisid: Melukis sebagai Jalan Membaca, Mendengar, dan Melakukan

Senin, 22 Des 2025 - 18:32 WITA

Dari Sumbawa, sebuah gagasan sedang dirajut: bahwa masa depan literasi daerah tidak harus gemerlap, tetapi harus berakar (foto: NR)

KEARIFAN LOKAL

Menggagas Perpustakaan Tematik: Jalan Sunyi Literasi dari Tana Samawa

Senin, 22 Des 2025 - 16:54 WITA

Dipsy Do tergolong band baru, lahir dari jam-jam sepulang kerja (Foto: Konser Lombok)

MUSIC & SHOW BIZZ

Dipsy Do di Soundrenaline 2025: Dari Mataram ke Pusat Hiruk-Pikuk Modernitas

Senin, 22 Des 2025 - 15:50 WITA