Raden Melaya Kusuma Masbagik: Bangsawan Muda Sang Negosiator Perang

Sabtu, 15 Februari 2025 - 20:37 WITA

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Raden Melaya Kusuma

Raden Melaya Kusuma

CERAKEN.ID– Sejarah mencatat Raden Melaya Kusuma sebagai salah satu tokoh penting dalam perundingan antara Sasak, Belanda, dan Kerajaan Mataram-Lombok pada akhir abad ke-19.

Berbeda dengan para pemimpin Sasak lainnya, ia tampil dengan gaya yang lebih modern, mengenakan songkok dan pakaian seperti baju koko, sebagaimana tergambar dalam foto Dr. C.J. Neeb dalam buku Naar Lombok (1897).

Peran dalam Sejarah Perang Lombok

Dalam periode 1891-1894, Raden Melaya Kusuma menjadi salah satu bangsawan yang menandatangani surat kepada Belanda. Namun, mengapa Masbagik mengambil langkah ini, sementara wilayah lain seperti Pancor dan Kelayu jelas menolak? Jawaban atas pertanyaan ini masih menjadi misteri yang terus diteliti oleh para sejarawan.

Silsilah keluarga menunjukkan bahwa Raden Melaya Kusuma lahir dengan nama Raden Sapok, putra dari Raden Djayang II. Ia memiliki hubungan keluarga dengan tokoh-tokoh penting seperti Raden Ratmawa dari Rarang, Raden Jeneng dari Dasan Lekong, dan Raden Anji.

Baca Juga :  Menemukan Sirin: Perjalanan Witari Ardini dalam Borka 2025

Babad Sakra menyebut Masbagik sebagai salah satu desa yang dimuliakan oleh Raja, tetapi keterlibatannya dalam negosiasi dengan Belanda tetap menjadi perdebatan. Fakta menarik lainnya adalah kehadiran Syekh Abdad, seorang agen Belanda yang ditangkap di Masbagik pada 9 Juni 1893, yang semakin memperlihatkan kompleksitas politik saat itu.

Sang Negosiator Perang

Dalam buku Lombok: Conquest, Colonization and Underdevelopment, 1870-1940 karya Alfons van der Kraan, nama Raden Melaya Kusuma disebut sebanyak 11 kali. Salah satu perannya yang signifikan adalah saat ia ditemui oleh Controleur Liefrinck pada 26 Februari 1894 dalam misi investigasi Belanda di Lombok Timur. Bersama Mami Kertawang dan Raden Wiranom, ia berperan dalam menyalurkan bantuan pangan kepada rakyat yang terdampak perang.

Perannya semakin terlihat dalam pertemuan kedua dengan Liefrinck di Dasan Lekong pada 24 Juni 1894, serta dalam perundingan tripartit pada Agustus 1894 antara Kerajaan Mataram-Lombok, Belanda, dan para pemimpin Sasak. Saat itu, ia mewakili Sasak bersama Raden Sribanom dari Rarang dan Mami Mustiaji dari Kopang.

Baca Juga :  Sebuah Lompatan Tak Terkira Yulianerny Sebagai Nenek

Perundingan ini sempat membawa harapan damai, dengan rencana pembayaran ganti rugi oleh Raja dan pemberlakuan hukuman bagi AA Made. Namun, serangan mendadak terhadap Jenderal Van Ham akhirnya membelokkan jalannya sejarah, membawa Lombok ke dalam konflik besar dengan Belanda.

Warisan Seorang Diplomat

Dari berbagai perundingan yang ia hadiri, jelas bahwa Raden Melaya Kusuma adalah seorang negosiator ulung. Di tengah gejolak perang, ia menjadi perwakilan yang dipercaya dalam diplomasi tingkat tinggi.

Sejarah mencatatnya bukan hanya sebagai seorang bangsawan, tetapi juga sebagai Sang Negosiator Perang, yang perannya dalam upaya perdamaian di Lombok masih menjadi bahan kajian hingga kini.***

 

 

 

 

Berita Terkait

Buah Terakhir dari Hutan yang Terkoyak
I Nengah Kisid: Melukis sebagai Jalan Membaca, Mendengar, dan Melakukan
Artha Kusuma: Menari di Atas Kanvas, Merawat Raga, Irama, dan Rasa
S La Radek dan Sketsa yang Menyala dalam “The Rules of The Game”
Resonansi Batin dan Kebersamaan: Ekspresi Impresionistik Lalu Syaukani
Bambang Prasetya: Realisme yang Nyrempet ke Nurani Publik
Wang Arzaky: Street Art, Ruang Sunyi, dan Perayaan yang Rapuh
Ahmad Saifi P: Menolak Kemapanan, Mencari Estetika Baru

Berita Terkait

Senin, 22 Desember 2025 - 20:32 WITA

Buah Terakhir dari Hutan yang Terkoyak

Senin, 22 Desember 2025 - 18:32 WITA

I Nengah Kisid: Melukis sebagai Jalan Membaca, Mendengar, dan Melakukan

Minggu, 21 Desember 2025 - 16:39 WITA

Artha Kusuma: Menari di Atas Kanvas, Merawat Raga, Irama, dan Rasa

Minggu, 21 Desember 2025 - 12:38 WITA

S La Radek dan Sketsa yang Menyala dalam “The Rules of The Game”

Jumat, 19 Desember 2025 - 08:55 WITA

Resonansi Batin dan Kebersamaan: Ekspresi Impresionistik Lalu Syaukani

Berita Terbaru

Apa yang mereka lakukan berangkat dari kesadaran sebagai manusia biasa  (Foto: ist)

AGENDA SOSIAL

Seni sebagai Kesaksian Zaman: Solidaritas dari Mataram untuk Sumatera

Selasa, 23 Des 2025 - 01:12 WITA

The Last Fruit mengandung metafora yang kuat. Ia terdengar sederhana, tetapi sekaligus menggetarkan (Foto: bp)

TOKOH & INSPIRASI

Buah Terakhir dari Hutan yang Terkoyak

Senin, 22 Des 2025 - 20:32 WITA

Karya-karya Pak Kisid (kanan) hadir sebagai penanda bahwa seni tidak hanya berbicara tentang bentuk dan warna, tetapi juga tentang nilai dan tanggung jawab.(Foto: ist)

TOKOH & INSPIRASI

I Nengah Kisid: Melukis sebagai Jalan Membaca, Mendengar, dan Melakukan

Senin, 22 Des 2025 - 18:32 WITA

Dari Sumbawa, sebuah gagasan sedang dirajut: bahwa masa depan literasi daerah tidak harus gemerlap, tetapi harus berakar (foto: NR)

KEARIFAN LOKAL

Menggagas Perpustakaan Tematik: Jalan Sunyi Literasi dari Tana Samawa

Senin, 22 Des 2025 - 16:54 WITA

Dipsy Do tergolong band baru, lahir dari jam-jam sepulang kerja (Foto: Konser Lombok)

MUSIC & SHOW BIZZ

Dipsy Do di Soundrenaline 2025: Dari Mataram ke Pusat Hiruk-Pikuk Modernitas

Senin, 22 Des 2025 - 15:50 WITA