Catatan Agus K Saputra
CERAKEN.ID- Dalam rangka menyambut Hari Ulang Tahun Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) ke-67, Mandalika Art Community (MAC) menghadirkan Pameran Seni Rupa bertajuk “Resonansi” di Galeri Taman Budaya Provinsi NTB. Pameran ini dibuka untuk publik mulai besok 16 Desember hingga 30 Desember 2025, menjadi bagian dari denyut pesta seni yang mengiringi perayaan hari jadi daerah yang jatuh pada 17 Desember 2025.
“Resonansi” bukan sekadar penamaan tematik. Ia berangkat dari kesadaran bahwa setiap seniman memiliki suara, getaran, dan pengalaman hidup yang berbeda-beda—tentang tanah tempat ia tumbuh, budaya yang membentuk karakternya, serta zaman yang terus bergerak dan menuntut pembacaan ulang.
Di ruang pamer ini, suara-suara personal itu dipertemukan, saling menyapa, bahkan bertabrakan, lalu memantul menjadi satu frekuensi bersama: wajah seni rupa NTB hari ini.
Ketua Mandalika Art Community, Lalu Syaukani, menjelaskan bahwa pameran ini merupakan ekspresi kolektif para perupa MAC dalam merespons realitas dari ruang paling intim mereka: studio dan ruang privat berkarya.
“Pameran bertajuk Resonansi ini hadir dari keyakinan kami yang sangat sederhana tetapi kuat. Kami merespon suara maupun getaran dari ruang studio para perupa, lalu menimbulkan frekuensi yang saling bertautan dan membentuk resonansi bersama,” ujarnya.
Menurut Syaukani, Resonansi tidak hanya dimaknai sebagai tema, melainkan sebagai cara membaca dunia. Seni rupa, dalam pandangan MAC, adalah medium untuk merespons realitas sosial, budaya, lingkungan, hingga spiritual. Karena itu, karya-karya yang dipamerkan tidak berdiri sebagai objek estetika semata, melainkan sebagai penanda dialog antara seniman dengan zamannya.
Lebih jauh, pameran ini juga menegaskan peran MAC dalam membangun ekosistem seni rupa di Mataram dan NTB secara lebih luas.
“Ini adalah kontribusi kami untuk membangun, mengangkat, dan mengharumkan nama daerah, khususnya di bidang seni rupa. Harapan kami, karya-karya perupa daerah dapat diapresiasi dan berbicara di level nasional maupun internasional,” kata Syaukani.
Ia menyebut visi besar yang hendak dituju selaras dengan semangat daerah: NTB Makmur Mendunia.
Namun, di balik optimisme tersebut, MAC juga menyuarakan kebutuhan akan dukungan yang lebih serius dari pemerintah daerah. Seni rupa, menurut Syaukani, harus diakui sebagai potensi dan kekuatan budaya yang memiliki nilai intelektual, ekonomi, dan sosial.
Tanpa pengakuan dan dukungan kebijakan yang memadai, denyut kreatif para perupa kerap berjalan dengan daya tahan yang terbatas.
Apresiasi pun disampaikan kepada para perupa yang tergabung dalam MAC. Mereka berkarya dengan tekad kuat dan panggilan jiwa, sering kali di tengah keterbatasan fasilitas.
Meski demikian, karya-karya yang dihadirkan tetap menunjukkan daya jelajah artistik yang matang dan keberanian bereksplorasi. Konsistensi inilah yang, menurut MAC, selalu diupayakan hadir dalam setiap pameran tahunan mereka.

Pameran “Resonansi” menampilkan karya-karya dari Agus Setiadi, Ahmad Saifi P, Bambang Prasetya, Dery Firmansyah, Fauzi Arizona, Furqon, Lalu Syaukani, Muhammad Zain, Muhzar, Tia Sofiana, Artha Kusuma, I G. Lingsartha P, I Nengah Kisid, Wang Arzaky, dan Ahmad Junaidi. Kurasi pameran dipercayakan kepada Sasih Gunalan, yang merangkai keberagaman ekspresi tersebut dalam satu alur dialog visual yang saling berkelindan.
Melalui “Resonansi”, Mandalika Art Community tidak hanya merayakan ulang tahun NTB, tetapi juga menegaskan bahwa seni rupa adalah ruang refleksi dan proyeksi masa depan.
Di antara dinding Galeri Taman Budaya NTB, getaran-getaran personal para perupa berpadu, membentuk suara kolektif yang menandai perjalanan seni rupa daerah—terus bergerak, berkembang, dan mencari gaungnya di dunia yang lebih luas.
Penulis : Aks
Editor : Ceraken Editor
Sumber Berita : Liputan































