Ukuran Diri

Senin, 25 Maret 2024 - 07:48 WITA

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Pengukuran diri merupakan suatu proses penting dalam pengembangan pribadi. Salah satu parameter yang dapat digunakan dalam mengukur diri adalah perilaku yang kita tunjukkan. Namun, perilaku tersebut tidak dapat dilepaskan dari dasar pemikiran yang membentuknya. Manusia berpikir dan bertindak sesuai dengan isi pikirannya. Jika pikiran kita dipenuhi dengan hal-hal baik dan positif, maka kita cenderung menghubungkan setiap situasi dengan kebaikan dan hal yang positif, seperti harapan, kebaikan, dan kepercayaan, maka cenderung kita akan melihat segala sesuatu di sekitar kita dengan sudut pandang yang optimis. Dalam situasi yang sulit pun, kita mungkin akan mencoba mencari sisi positif dan solusi yang membangun.

Sebaliknya, jika pikiran kita dipenuhi dengan hal-hal negatif, maka kita cenderung menghubungkan segala sesuatu dengan ketidakbaikan dan hal yang negatif, seperti ketakutan, kebencian, atau keraguan diri, maka cenderung kita akan menafsirkan setiap situasi dengan lapisan negativitas. Kita mungkin akan lebih mudah terpengaruh oleh pesimisme, mencari kesalahan, atau bahkan menyalahkan diri sendiri atau orang lain atas kesulitan yang muncul.

Baca Juga :  Ataraxia: Ketenangan Jiwa yang Murni

Dalam pengukuran diri, pemahaman seperti apa yang teruraikan di atas sangat penting. Kita harus terus menumbuhkan kesadaran bahwa perilaku kita adalah hasil dari bagaimana kita memproses informasi dan pengalaman melalui pikiran kita. Oleh karena itu, untuk mengembangkan diri secara positif, penting bagi kita untuk memperhatikan tidak hanya perilaku, tetapi juga pemikiran kita.

Dengan menyadari hubungan antara pemikiran dan perilaku, kita dapat lebih bertanggung jawab dalam mengelola pikiran-pikiran kita. Ini bisa melibatkan praktik-praktik seperti pengembangan pola pikir yang optimis, menghindari pemikiran negatif yang tidak produktif, serta mencari cara untuk membentuk pola pikir yang lebih seimbang dan konstruktif.

Salah satu upaya untuk mengelola pemikiran kita adalah melalui puasa. Puasa, sebagai bentuk pengendalian diri, merupakan sarana untuk mengelola prasangka. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk terus meningkatkan kualitas puasa kita dengan terus belajar menghilangkan prasangka buruk terhadap orang lain. Prasangka buruk kita terhadap orang lain mencerminkan bahwa kita mungkin memiliki perilaku yang kurang baik, yang tentunya harus diperbaiki. Kesadaran yang dihasilkan dari puasa seharusnya mendorong kita untuk introspeksi diri, mengenali dan memperbaiki segala bentuk penyimpangan dalam berinteraksi sosial, dalam lingkup keluarga, maupun dalam aspek keagamaan.

Baca Juga :  Ataraxia: Ketenangan Jiwa yang Murni

Pada dasarnya kita sebagai manusia memang tidak sempurna. Oleh karena itu, puasa bukan hanya sekadar menahan lapar dan haus, tetapi juga merupakan peluang untuk membentuk diri menjadi pribadi yang lebih baik. Melalui proses puasa, kita terus berlatih untuk lebih jujur dalam mengukur diri sendiri, menyadari kelemahan dan kesalahan yang mungkin kita miliki, serta berkomitmen untuk terus melakukan perbaikan diri secara konsisten.

Dengan demikian, puasa bukan hanya menjadi “kewajiban agama” semata, tetapi juga menjadi sarana untuk pembentukan karakter dan peningkatan kesadaran diri yang lebih mendalam.

 

Penulis : Cukup Wibowo

Berita Terkait

Ataraxia: Ketenangan Jiwa yang Murni
CLOSING DAY
SOSMED
AMBIVALENSI
PREFERENSI
Setan
Kematian
Takut

Berita Terkait

Jumat, 12 Desember 2025 - 14:40 WITA

Ataraxia: Ketenangan Jiwa yang Murni

Rabu, 10 April 2024 - 13:04 WITA

CLOSING DAY

Senin, 8 April 2024 - 15:14 WITA

SOSMED

Minggu, 7 April 2024 - 08:57 WITA

AMBIVALENSI

Sabtu, 6 April 2024 - 11:15 WITA

PREFERENSI

Berita Terbaru

Apa yang mereka lakukan berangkat dari kesadaran sebagai manusia biasa  (Foto: ist)

AGENDA SOSIAL

Seni sebagai Kesaksian Zaman: Solidaritas dari Mataram untuk Sumatera

Selasa, 23 Des 2025 - 01:12 WITA

The Last Fruit mengandung metafora yang kuat. Ia terdengar sederhana, tetapi sekaligus menggetarkan (Foto: bp)

TOKOH & INSPIRASI

Buah Terakhir dari Hutan yang Terkoyak

Senin, 22 Des 2025 - 20:32 WITA

Karya-karya Pak Kisid (kanan) hadir sebagai penanda bahwa seni tidak hanya berbicara tentang bentuk dan warna, tetapi juga tentang nilai dan tanggung jawab.(Foto: ist)

TOKOH & INSPIRASI

I Nengah Kisid: Melukis sebagai Jalan Membaca, Mendengar, dan Melakukan

Senin, 22 Des 2025 - 18:32 WITA

Dari Sumbawa, sebuah gagasan sedang dirajut: bahwa masa depan literasi daerah tidak harus gemerlap, tetapi harus berakar (foto: NR)

KEARIFAN LOKAL

Menggagas Perpustakaan Tematik: Jalan Sunyi Literasi dari Tana Samawa

Senin, 22 Des 2025 - 16:54 WITA

Dipsy Do tergolong band baru, lahir dari jam-jam sepulang kerja (Foto: Konser Lombok)

MUSIC & SHOW BIZZ

Dipsy Do di Soundrenaline 2025: Dari Mataram ke Pusat Hiruk-Pikuk Modernitas

Senin, 22 Des 2025 - 15:50 WITA