Kejujuran adalah salah satu nilai yang amat tinggi terapresiasi dalam kehidupan manusia. Namun, seringkali kita melihat orang berusaha menciptakan ilusi kejujuran untuk mendapat pujian dan pengakuan dari lingkungan sekitar. Namun, apakah kejujuran benar-benar harus dipertontonkan di hadapan khalayak untuk alasan pengakuan secara lebih terbuka?
Tentu saja tak selalu seperti itu. Yang namanya kejujuran, tak perlulah dibuat-buat untuk membuatnya tampak menawan. Kejujuran tidak memerlukan penampilan yang mmukau atau pencitraan agar terlihat indah. Kejujuran sejati adalah urusan yang sangat pribadi, bahkan rahasia, antara individu dengan Sang Pencipta.
Dalam praktik ibadah puasa, kejujuran menjadi sisi penting yang ada di dalamnya. Urusan puasa selain pada kesanggupan untuk bisa menahan diri dari makan dan minum, juga yang lebih mendalam lagi adalah terjalinnya hubungan batin antara manusia dengan Sang Pencipta. Puasa bukanlah sekadar praktik lahiriah yang terlihat oleh orang lain, tetapi lebih kepada pengalaman spiritual yang terjadi di dalam diri, dalam hubungan yang tak terlihat dengan Sang Pencipta.
Ada sebuah keindahan dalam keberlangsungan puasa yang sering terlewatkan oleh banyak orang, bahwa puasa adalah perjalanan spiritual yang melibatkan jiwa dalam keheningan, tanpa diketahui oleh manusia lainnya. Raga mungkin bisa mengecoh satu sama lain, tetapi tidak bagi jiwa yang disaksikan oleh Sang Maha Penyaksi. Allah adalah saksi dari segala sesuatu, termasuk apa yang tersembunyi dan tak terlihat oleh mata manusia.
Dengan melakukan puasa, kita secara aktif berupaya untuk melatih kejujuran jiwa dan batin kita. Ini bukan sekadar tindakan lahiriah, tetapi juga sebuah perjalanan batin yang bertujuan untuk meningkatkan dan sekaligus mengajarkan kita untuk menjadi lebih sadar akan keberadaan Tuhan dalam kehidupan kita sehari-hari. Dengan menjalani puasa, kita mencari kehadiran-Nya dalam segala aspek kehidupan kita.
Puasa yang kita jalani juga merupakan alat untuk mencapai takwa, yaitu kesadaran spiritual yang mendalam tentang hubungan kita dengan Tuhan. Puasa membantu kita mencapai tingkat kesadaran ini dengan menjauhkan diri dari godaan duniawi dan fokus pada hubungan spiritual dengan Sang Pencipta.
Jadi, puasa bukanlah semata-mata tentang raga yang urusannya dengan rasa lapar dan haus. Ia adalah proses dalam perjalanan spiritual yang mengajarkan kepada kita tentang kejujuran, kesadaran diri, dan kedekatan hubungan dengan Allah. Dengan memahami hal ini, kita dapat lebih menghargai makna sejati dari ibadah puasa dan menjadikannya sebagai sarana untuk meningkatkan kualitas spiritual kita sebagai hamba yang bertaqwa. Insyaallah.**
Penulis : Cukup Wibowo