Silaturahmi Bang Zul Mengejawantahkan Nilai Ke-Sasak-an

- Pewarta

Sabtu, 4 Mei 2024 - 19:34 WITA

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Ilustrasi

Ilustrasi

Provinsi Nusa Tenggara Barat merupakan rumah dari tiga suku bangsa yang ada di Bima, Sumbawa dan Lombok. Pada abad ke 16 awal ke 17 Islam sampai ke Lombok dipimpin oleh Sunan Giri, yang membuat Islam menjadi agama mayoritas dari masyarakat yang mendiami pulau Lombok saat ini. 

Suku sasak dikenal akan kaya bahasa, budaya dan agama yang beragam yang dianut oleh masyarakat sasak yang kemudian melahirkan tradisi atau adat istiadat.Masyarakat sasak yang saat ini berada di Indonesia, pada umumnya mereka masih tetap menjalankan hal yang memang sudah ditetapkan pada zaman dahulu.

Masyarakat yang saat ini tinggal di pedesaan, mereka sangat menghargai adanya adat istiadat dan menjalankan sesuai dengan aturan zaman dahulu. Adat istiadat dapat diartikan sebagai suatu wadah dalam memudahkan masyarakat untuk menjalankan komunikasi antar anggota dalam melaksanakan kegiatan (Baherint Sugihen 2007).

Dengan melihat realitas yang ada dalam berkembangnya teknologi informasi saat ini, masyarakat tetap melaksanakan budaya dan tradisi serta ritual yang sudah ada sejak zaman dahulu karena masyarakat memiliki sistem nilai-nilai sosial dan agama yang sudah melekat di dalamnya. Islam merupakan suatu ajaran kebenaran.

Namun Islam dengan budaya dapat diartikan dua sisi yang tidak mudah dipisahkan dari kehidupan masyarakat sasak. Masyarakat suku sasak di sini diartikan dengan masyarakat yang mendiami pulau Lombok dan menjalankan interaksi setiap hari dengan bahasa Sasak. Mayoritas agama di Lombok adalah masyarakat menganut Agama Islam

Salah satu bagian interaksi sosial masyarakat adalah silaturahmi, silaturahmi sendiri merupakan budaya yang sangat penting kehidupan masyarakat Sasak . Tradisi ini berperan dalam mempererat hubungan sosial dan membina rasa persaudaraan di antara masyarakat.

Tradisi silaturahmi di dalam kehidupan masyarakat Sasak sudah terjalin sejak zaman nenek moyang. Hal ini tercermin dari banyaknya tradisi yang diadakan oleh masyarakat Sasak

Ada beberapa sikap dan cerminan masyarakat Sasak dalam membangun hubungan dengan antar sesama atau orang luar, diantaranya tercermin dari sebelas macam “saling” sebagai pengikat tali silaturrahmi masyarakat Sasak, yaitu:

(1) saling jot/perasak (sama-sama saling memberi atau mengantarkan makanan);

(2) saling pesilaq (sama-sama saling undang untuk suatu hajatan keluarga);

(3) saling belangarin (sma-sama saling layat jika ada kerabat/sahabat yang meninggal);

(4) saling ayoin (sama- sama saling mengunjungi);

(5) saling ajinan (sama-sama saling menghormati atau saling menghargai terhadap pebedaan, menghargai adanya kelebihan dan kekurangan yang dimilki oleh seseorang atau kelompok tertentu);

(6) saling jangoq (sama-sama saling silaturrahmi, menjenguk jika ada di antara sahabat sedang mendapat atau mengalami musibah):

(7) saling bait (sama-sama saling ambil-ambilan dalam adat perkawinan):

(8) saling wales/bales (sama- sama saling balas silaturrahmi, kunjungan atau semubudi /kebaikan yang pernah terjadi karena kedekatan-persahabatan);

(9) saling tembung/sapak (sama-sama saling tegur sapa jika bertemu atau bertatap muka antar seorang dengan orang lain dengan tidak membedakan suku atau agama);

(10) saling saduą (sama-sama saling mempercayai dalam pergaulan dan persahabatan) terutama membangun peranakan Sasak Jati (persaudaraan Sasak sejati) di antara sesama sanak (saudara) Sasak dan antar orang Sasak dengan batur luah (non-Sasak):

(11) saling ilingan/peringet (sama-sama salingmengingatkan satu sama lain antara seseorang (kerabat/ sahabat) dengan setulus hati demi kebaikan dalam menjamin persaudaraan/silaturahmi.

Dalam menjalan berbagai tradisi masyarakat sasak maka tidak hanya sebatas hanya suku Sasak, tetapi suku lain semestinya ikut melaksanakan jika bermukim di tanah Pulau Lombok

Suku Sasak adalah masyarakat yang terbuka dan menerima siapa pun dia, dari suku atau agama apa pun, cermin toleransi dan keterbukaan masyarakat sasak pernah utarakan Peneliti asal Australia Dr James Stevenson Bennett  dan menilai bahwa masyarakat Suku Sasak di Lombok sangat toleran dan bisa hidup damai dengan suku lain, hal ini disampaikan dalam Studium Generale Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri (UIN) Mataram

Dr James Stevenson Bennett memaparkan hasil penelitiannya tentang masyarakat Suku Sasak di Lombok yang hidup damai dengan masyarakat Hindu Bali.

Dalam kajianya, dia melakukan kajian terkait sejarah Mayura dan berbagai adat istiadat yang berkembang pada masyarakat sasak.

James Stevenson Bennett menyampaikan, Suku Sasak tempo dulu sangat ramah terhadap berbagai jenis budaya yang masuk.

Bang Zul mengejawantahkan nilai Ke-Sasak-an

Apa hubungan sosok Zulkieflimansyah dengan tradisi masyarakat Sasak, sementara Bang Zul adalah Suku Samawa yang  mendiami Pulau Sumbawa NTB.

Zul sejak masuk SMP di Mataram sudah tahu apa yang dilakukan dalam interaksi sosial dengan masyarakat Sasak, seperti kata pribahasa “Di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung tinggi,”

Peribahasa ini mengandung makna bahwa seseorang sudah sepatutnya mengikuti atau menghormati adat istiadat yang berlaku di tempat ia hidup atau tinggal. Adat istiadat inilah yang mungkin memunculkan keyakinan etis spiritual Bang Zul ada pada masyarakat sebagai nilai yaitu hal yang baik, yang seharusnya ditransfer kepada kehidupan dirinya dalam bergaul dengan semua level di masyarakat

Mengejawantahkan nilai Ke-sasak-an itu bukan menempat piranti – piranti budaya sasak seperti keindahan pakaian adat sebagai utama, tetapi jauh lebih bermartabat bagaimana meleburkan diri dalam nilai nilai tradisi kehidupan masyarakat Sasak.

Mungkin Bang Zul dalam menjalankan silaturahmi dengan masyarakat Sasak lebih pada pijakan spiritualnya seperti banyak perintah dalam Al-Quran dan hadits yang menerangkan pentingnya silaturahmi dalam islam.

Tetapi dari itu juga silaturahmi Bang Zul sampai pelosok Pulau Lombok ,sadar atau tidak dia sudah masuk ke atsmosfir nilai kesasakan, masyarakat Sasak  memandang nilai kemanusiaan seorang itu sejauhmana dia membangun hubungan antar sesamanya (silaturahmi)

Pastinya  Bang Zul telah menjalankan cerminan tradisi masyarakat sasak seperti sudah dijelaskan diatas, saling jot, saling saduą, saling wales/bales, saling jangoq dan terusnya

Bang Zul Tiada hari Tanpa Silaturohmi

Untuk urusan silaturahmi, semua orang bisa menyaksikan sendiri. Jauh sebelum dirinya kemudian dipilih rakyat NTB sebagai gubernur berpasangan dengan Dr Hj Siti Rohmi Jalilah MPd sebagai wakil gubernur NTB periode 2018-2023, ternyata Bang Zul memang rajin menjalin silaturahmi lintas batas, lintas kampung dari ujung Ampenan di Pulau Lombok hingga ujung Sape di belahan Timur Nusa Tenggara Barat.

Kebiasan mengunjungi kerabat dekat, sahabat dan kolega itu dilakukan Bang Zul hingga kini tanpa sekat, apalagi berlatar belakang SARA. Itu sepertinya jauh dari kamus kehidupan Bang Zul.

Jejak rekam Bang Zul sebagai sosok yang rajin mengunjungi kawan dan bersilaturahmi ini dengan mudah bisa kita ikuti dari akun media sosialnya, entah facebook, X dan lain-lain. Bang Zul melampaui batas, borderless. Bahkan out of the box.

Maka, ketika ada yang mengatakan Bang Zul sebagai sosok yang ingin melemahkan kelompok tertentu, apalagi bernuansa SARA. Jelas itu sebuah kekeliruan yang fatal.

Jangankan dengan Orang Sasak, Mbojo atau di Kampung halamannya Sumbawa, Bang Zul bahkan telah melampaui lintas benua untuk menunjukkan betapa terbukanya dia menerima perbedaan dan selalu siap berteman baik dengan siapapun juga. Mau orang Australia, Amerika, Afrika, welcome.“Memenuhi undangan masyarakat untuk silaturahmi. Insya Allah saya selalu sempatkan hadir,” kata Bang Zul.***

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Berita Terkait

Sport Tourism, Bang Zul Branding NTB Menyapa Dunia
Muktamar NW di IKN, Melanjutkan Spirit Perjuangan Maulana Syaikh
Hardiknas : Beasiswa NTB, Pikiran Besar Doktor Zul
Refleksi Hardiknas : Beasiswa NTB Merajut Impian
Alasan dan Sejarah, Mengapa 1 Mei Diperingati Sebagai Hari Buruh?
Pilkada Arena Tarung Isi ” Gegandek”
Fenomena Cocoklogi di Pilkada Lombok Timur
Bang Zul Dibenci, Bang Zul Dirindukan

Berita Terkait

Senin, 6 Mei 2024 - 07:19 WITA

Sport Tourism, Bang Zul Branding NTB Menyapa Dunia

Minggu, 5 Mei 2024 - 15:03 WITA

Muktamar NW di IKN, Melanjutkan Spirit Perjuangan Maulana Syaikh

Sabtu, 4 Mei 2024 - 19:34 WITA

Silaturahmi Bang Zul Mengejawantahkan Nilai Ke-Sasak-an

Jumat, 3 Mei 2024 - 10:20 WITA

Hardiknas : Beasiswa NTB, Pikiran Besar Doktor Zul

Kamis, 2 Mei 2024 - 10:22 WITA

Refleksi Hardiknas : Beasiswa NTB Merajut Impian

Berita Terbaru

Translate »