Tak terasa, kita telah melewati serangkaian hari dengan penuh kontemplasi melalui jalan puasa. Bulan Ramadan, saat sore menjelang, jalan-jalan dipadati oleh orang-orang yang sibuk dengan berbagai aktivitasnya masing-masing. Ada yang sengaja membunuh waktu dengan mengitari keramaian kota (hang out), ada yang sekadar nongkrong bersama, dan ada juga yang melakukan ngabuburit, sebuah tradisi yang sangat populer di kalangan masyarakat Sunda, di mana orang-orang berjalan-jalan sambil menunggu waktu berbuka puasa tiba.
Suasana sore hari selama Ramadan adalah gambaran kesemarakan dimana orang-orang menampakkan kesibukan dalam menjalankan aktivitas mereka masing-masing. Di tepi jalan, para penjual takjil dan makanan berjejer melayani pembeli. Di waktu yang sama orang-orang tak hanya mencari makanan, mereka juga mencari barang atau pakaian yang mereka butuhkan untuk persiapan lebaran. Semua ini menggambarkan betapa bulan puasa membawa berkah bagi semua orang, baik yang berdagang maupun yang membeli.
Testimoni dari umat beragama lain pun menggambarkan kegembiraan mereka melihat orang-orang Muslim menjalankan ibadah puasa. Mereka turut merasakan rezeki bulan puasa melalui berbagai aktivitas ekonomi yang spontan muncul. Bulan puasa tidak hanya membawa berkah secara ekonomi, tetapi juga mempererat hubungan antarumat beragama.
Malamnya, masjid dan mushola di kampung-kampung dipenuhi oleh orang-orang yang melaksanakan shalat tarawih berjamaah. Suara kemerduan para pembaca Al-Qur’an mengalun indah, mengisi udara dengan ketenangan dan kekhusyukan. Malam-malam Ramadan benar-benar istimewa dengan kegiatan tadarus Al-Qur’an yang memperdalam makna spiritual bagi umat Muslim.
Bagi umat Muslim, puasa adalah waktu yang penuh keberkahan di mana mereka merasa dekat dengan pencipta mereka. Setiap hari adalah kesempatan untuk meningkatkan ketaqwaan dan mengikuti ajaran agama. Dalam rutinitas harian puasa, niat mereka menjadi komitmen jiwa raga untuk sanggup mematuhi aturan dan menjauhi larangan-Nya.
Pada kesimpulan puasa yang kita rasakan hingga hari ini, pergulatan jiwa dan raga itu serupa closing day yang selanjutnya akan ditutup oleh layar lebar yang menandakan usainya sebuah pertunjukan. Sama halnya dengan seorang pelari yang telah menempuh jarak berakhir di garis finish, lega rasanya bisa merampungkan apa yang menjadi keharusan untuk dituntaskan.
Demikian juga dengan puasa yang kita jalani, lega rasanya bisa merampungkannya dengan baik. Apapun pengandaian yang kita pilih untuk menggambarkan usainya sebuah tindakan, setiap perjalanan yang memiliki durasi akan selalu memunculkan catatan-catatan. Pada setiap catatan itulah kita kemudian belajar bagaimana memaknai proses dengan berbagai impresi yang menyertainya.
Bulan Ramadan bukan hanya tentang ibadah, tetapi juga tentang pembelajaran dan transformasi. Kita berharap bahwa catatan-catatan pengalaman selama bulan puasa dapat kita manfaatkan untuk melakukan kebaikan dalam praktek kehidupan sehari-hari, baik untuk diri sendiri maupun untuk orang lain. Dan kita sebagai umat Islam menyadari bahwa tak seorang pun bisa memastikan dirinya kecuali dengan izin Allah untuk bisa bertemu kembali dengan bulan Ramadan di tahun berikutnya. Sehingga setiap momen yang kita miliki dalam bulan yang penuh berkah ini patut kita syukuri dan kita manfaatkan sebaik mungkin.
Semoga pengalaman Ramadan tahun ini membawa berkah dan kebaikan bagi kita semua. Aamiin yaa robbal alamiin.
Penulis adalah Widyaiswara di BPSDMD Provinsi NTB
Penulis : Cukup Wibowo