Gandrung Banyuwangi: Revitalisasi Identitas Budaya Melalui Gandrung Sewu

Sabtu, 15 Februari 2025 - 20:53 WITA

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

CERAKEN.ID- Gandrung merupakan seni tradisional masyarakat Banyuwangi yang telah lama menjadi bagian dari perjuangan seni masyarakat Blambangan. Sebagai warisan budaya, Gandrung telah melewati perjalanan panjang yang penuh tantangan, termasuk persepsi negatif yang berkembang di masyarakat.

Hal ini sempat menyebabkan seni Gandrung terlupakan oleh sebagian kalangan. Namun, sejak tahun 2010, terjadi upaya revitalisasi melalui acara Gandrung Sewu, yang berhasil mengangkat kembali seni ini ke permukaan. Artikel ini bertujuan untuk menganalisis makna dan pergeseran identitas Gandrung Banyuwangi melalui Gandrung Sewu dengan mempertimbangkan konteks historisnya.

Seiring waktu, seni Gandrung ya sebelumnya dipandang memiliki konotasi negatif mengalami transformasi signifikan. Pergeseran ini terjadi berkat berbagai upaya untuk meningkatkan citra Gandrung, salah satunya melalui Gandrung Sewu. Acara ini menampilkan sisi baru dari Gandrung yang lebih terbuka dan menarik perhatian generasi muda Banyuwangi. Jika sebelumnya Gandrung kerap dianggap sebagai hiburan yang kurang bermartabat, kini, melalui Gandrung Sewu, seni ini dipandang lebih menarik dan relevan dengan perkembangan zaman.

Baca Juga :  Kearifan Lokal dalam Arus Global: Sebuah Refleksi

Melalui pendekatan fenomenologis yang dipadukan dengan studi sejarah, penelitian ini menemukan bahwa Gandrung Sewu memainkan peran penting dalam mengubah persepsi masyarakat terhadap Gandrung. Seni ini, yang dulunya dianggap kuno dan kurang diminati, kini mengalami revitalisasi yang membawa dampak besar bagi generasi muda. Globalisasi turut berperan dalam perubahan ini, dengan Gandrung Sewu menjadi bukti nyata munculnya era “budaya ketiga” di Banyuwangi—sebuah era yang mencerminkan upaya pelestarian budaya lokal di tengah modernisasi yang terus berkembang.

Gandrung Sewu bukan sekadar pertunjukan seni, melainkan simbol kebangkitan dan pelestarian warisan budaya Banyuwangi. Dengan melibatkan ribuan penari yang tampil penuh semangat, acara ini menjadi wadah bagi masyarakat untuk memperkenalkan dan merayakan identitas budaya mereka. Selain itu, pertunjukan ini juga berfungsi sebagai sarana edukasi bagi generasi muda dalam memahami dan menghargai warisan budaya yang ada di sekitar mereka.

Baca Juga :  Generasi Digital Menyapa Arsip Seni: Funlabs Warnai Pameran “Kronik” NTB 2025

Perubahan makna Gandrung—dari seni yang sempat terlupakan menjadi seni yang populer dan diakui—menunjukkan bagaimana kesenian tradisional mampu bertahan dan beradaptasi dengan perkembangan zaman. Gandrung Sewu menjadi contoh nyata bahwa seni tradisional dapat berperan sebagai agen perubahan dalam memperkuat identitas budaya suatu daerah. Selain itu, revitalisasi ini juga membuktikan bahwa seni seperti Gandrung memiliki potensi besar untuk terus berkembang dan menjadi bagian dari kekayaan budaya yang dihargai oleh seluruh lapisan masyarakat.***

 

 

Berita Terkait

Dari Benang ke Panggung Budaya: Gelar Wastra Dekranasda NTB Hidupkan Tenun Dua Pulau
Kembalinya Senyum Dewi Rengganis: Wayang Sasak Menjaga Wastra dan Ingatan Budaya
“Melet Bedait”: Ratapan Lama dalam Napas Baru Lombok Ethno Fusion
Resonansi yang Menyatu: Pameran Perdana Mandalika Art Community di Taman Budaya NTB
Resonansi: Getaran Seni Rupa Mandalika Menyambut HUT NTB ke-67
Kongso Sukoco: Kesetiaan yang Melawan Ekosistem
Menjadikan Kebudayaan sebagai Isu Utama
Simposium Kebijakan Kebudayaan Warnai Rangkaian Festival Teater Indonesia 2025 di NTB

Berita Terkait

Sabtu, 20 Desember 2025 - 12:10 WITA

Kembalinya Senyum Dewi Rengganis: Wayang Sasak Menjaga Wastra dan Ingatan Budaya

Sabtu, 20 Desember 2025 - 09:25 WITA

“Melet Bedait”: Ratapan Lama dalam Napas Baru Lombok Ethno Fusion

Rabu, 17 Desember 2025 - 08:19 WITA

Resonansi yang Menyatu: Pameran Perdana Mandalika Art Community di Taman Budaya NTB

Senin, 15 Desember 2025 - 11:27 WITA

Resonansi: Getaran Seni Rupa Mandalika Menyambut HUT NTB ke-67

Minggu, 14 Desember 2025 - 20:17 WITA

Kongso Sukoco: Kesetiaan yang Melawan Ekosistem

Berita Terbaru

Apa yang mereka lakukan berangkat dari kesadaran sebagai manusia biasa  (Foto: ist)

AGENDA SOSIAL

Seni sebagai Kesaksian Zaman: Solidaritas dari Mataram untuk Sumatera

Selasa, 23 Des 2025 - 01:12 WITA

The Last Fruit mengandung metafora yang kuat. Ia terdengar sederhana, tetapi sekaligus menggetarkan (Foto: bp)

TOKOH & INSPIRASI

Buah Terakhir dari Hutan yang Terkoyak

Senin, 22 Des 2025 - 20:32 WITA

Karya-karya Pak Kisid (kanan) hadir sebagai penanda bahwa seni tidak hanya berbicara tentang bentuk dan warna, tetapi juga tentang nilai dan tanggung jawab.(Foto: ist)

TOKOH & INSPIRASI

I Nengah Kisid: Melukis sebagai Jalan Membaca, Mendengar, dan Melakukan

Senin, 22 Des 2025 - 18:32 WITA

Dari Sumbawa, sebuah gagasan sedang dirajut: bahwa masa depan literasi daerah tidak harus gemerlap, tetapi harus berakar (foto: NR)

KEARIFAN LOKAL

Menggagas Perpustakaan Tematik: Jalan Sunyi Literasi dari Tana Samawa

Senin, 22 Des 2025 - 16:54 WITA

Dipsy Do tergolong band baru, lahir dari jam-jam sepulang kerja (Foto: Konser Lombok)

MUSIC & SHOW BIZZ

Dipsy Do di Soundrenaline 2025: Dari Mataram ke Pusat Hiruk-Pikuk Modernitas

Senin, 22 Des 2025 - 15:50 WITA