Refleksi Hardiknas : Beasiswa NTB Merajut Impian

Kamis, 2 Mei 2024 - 10:22 WITA

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) yang dirayakan setiap tanggal 2 Mei di Indonesia merupakan momen penting bagi seluruh elemen bangsa untuk merefleksikan kembali pentingnya pendidikan dalam membangun karakter dan peradaban bangsa.

Peringatan ini tidak hanya sekedar seremonial, melainkan sebagai sarana introspeksi dan evaluasi terhadap sistem pendidikan yang ada, serta upaya peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia.

Hardiknas bermula dari penghormatan kepada Ki Hajar Dewantara, tokoh pendidikan dan pahlawan nasional Indonesia, yang lahir pada tanggal tersebut.

Filosofi “Tut Wuri Handayani” yang diusungnya, mengajarkan tentang pentingnya peran pendidik dalam membimbing, mengarahkan, dan memotivasi peserta didik dari belakang, sekaligus memberikan kebebasan untuk berkembang.

Program Beasiswa NTB

Pemberian beasiswa di Indonesia telah terentang jauh sebelumnya, sejak pemerintahan Presiden RI pertama, Soekarno. Bahkan, pemberian beasiswa kepada rakyat Indonesia telah dilakukan oleh beberapa individu dari Belanda, sejak sebelum kemerdekaan.

Belanda yang telah menjajah Indonesia dalam waktu yang lama, memiliki kewajiban moral melakukan investasi berskala besar untuk kesejahteraan rakyat Indonesia, sehingga muncullah politik etis.

Salah satu bentuk politik etis memberikan beasiswa pendidikan kepada penduduk pribumi melalui Yayasan Kartini, Yayasan Van Deventer, Yayasan Tjandi dan Yayasan Max Havelaar. Melalui beasiswa itu, ada sekitar 50 pemuda Indonesia yang berkesempatan untuk menempuh pendidikan tinggi di Belanda.

Dalam catatan sejarah, salah satu penerima beasiswa ini yakni Wakil Presiden RI pertama, Mohammad Hatta dan Guru Besar Sosiologi IPB Prof. Tjondronegoro. Selain itu, seorang ahli ekonomi pertanian pertama Prof. Iso Reksohadiprodjo di Indonesia dan pelukis Basoeki Abdoellah.

Baca Juga :  Desa Berdaya NTB: Pengentasan Kemiskinan Ekstrem Menuju Pencapaian SDGs

Sebagian para penerima beasiswa dari pemerintah Belanda tercatat ikut dalam pergerakan nasional dalam rangka kemerdekaan RI yang mulai tumbuh pada awal abad ke-20.

Terlepas dari sejarah beasiswa itu muncul, pendidikan menjadi salah satu modal untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik. Namun sayangnya tidak semua orang bisa mengenyam pendidikan karena tidak memiliki biaya.

Program Beasiswa adalah Impian anak muda NTB melanjutkan studi ke jenjang lebih tinggi, sekaligus merasakan pengalaman belajar di luar negeri terwujud melalui Program 1.000 Cendekia Pemerintah Provinsi NTB.

Para penerima beasiswa NTB yang sedang menempuh studi di luar negeri memperoleh pengalaman baru. Setidaknya mereka belajar beradaptasi dan merasakan interaksi sosial dengan orang lain dari berbagai latar. Tentu ini menjadi motivasi dan modal berharga untuk meraih kesuksesan yang diidamkan.

Beasiswa 1.000 Cendekia merupakan program unggulan Gubernur NTB, Dr. H. Zulkieflimansyah, SE. M.Sc., dan Wakil Gubernur NTB, Dr. Hj. Sitti Rohmi Djalilah.Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi NTB bekerja sama dengan Lembaga Pengembangan Pendidikan (LPP) NTB sebagai pelaksana program tersebut akan mengirim 1.000 anak muda NTB belajar ke luar negeri sesuai target Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Pemprov NTB 2018-2023.

Deborah Tirtania Chrisna Pake Seko merasa sangat senang menjadi salah seorang penerima Beasiswa NTB Gemilang. Debby menempuh studi magister di Universiti Kebangsaan Malaysia (UKM) pada program English Language Study. Impiannya untuk terus mengembangkan diri bak gayung bersambut dengan adanya program beasiswa ini.

Baca Juga :  Menjadikan Manajemen Risiko Nafas Baru Pemerintahan Daerah

Senada juga dikatakan Adinda Sulistia. Perempuan asal Bima berusia 24 tahun ini tengah menempuh studi di Universiti Kebangsaan Malaysia (UKM), jurusan Master of Political Science

“Belajar diluar negeri adalah mimpi besar saya yang ‘hampir tidak mungkin’. Sejak duduk di bangku kuliah waktu menempuh pendidikan Sarjana, tepatnya di semester 3 terbesit dihati ‘kayaknya nyambung S2 di luar negeri menarik nih’, karena saya penasaran dan ingin merasakan bagaimana cara belajar di luar negeri, apa bedanya dengan Indonesia, bagaimana budaya mereka, bagaimana pelajar-pelajar di negara lain,” ujarnya menceritakan impiannya belajar di luar negeri.

Dr. H. Zulkieflimansyah dalam sebuah kesempatan meyakini, jika NTB mampu menuntaskan pengiriman banyak mahasiswa ke luar negeri dalam jumlah besar, hal itu akan menumbuhkan optimisme.

Masyarakat NTB akan terpantik semangatnya untuk menaklukkan tantangan yang lebih berat. Beasiswa NTB itu untuk membangun cara pandang yang lebih luas, membangun jaringan dan kemampuan berinteraksi di tengah percaturan global yang kian kompetitif. ” Investasi kita di dunia pendidikan ini tidak akan lekang oleh zaman,” kata Bang Zul

Pendidikan adalah investasi terbaik yang bisa kita berikan kepada diri sendiri dan bangsa. Selamat merayakan makna dalam setiap langkah pendidikan.”

Selamat Hari Pendidikan Nasional 2024

 

 

Berita Terkait

Di Antara Jalan Logika, Keyakinan, dan Sufisme
Desa Berdaya NTB: Pengentasan Kemiskinan Ekstrem Menuju Pencapaian SDGs
Menjadikan Manajemen Risiko Nafas Baru Pemerintahan Daerah
Citra Perempuan Dalam Puisi Barat
KECIMOL DAN RIWAYAT SOSIAL BUDAYA MASYARAKAT SASAK
Dinamika Pembiayaan Utang Indonesia 2025
Sport Tourism, Bang Zul Branding NTB Menyapa Dunia
Muktamar NW di IKN, Melanjutkan Spirit Perjuangan Maulana Syaikh

Berita Terkait

Selasa, 16 Desember 2025 - 08:29 WITA

Di Antara Jalan Logika, Keyakinan, dan Sufisme

Senin, 15 Desember 2025 - 16:28 WITA

Desa Berdaya NTB: Pengentasan Kemiskinan Ekstrem Menuju Pencapaian SDGs

Jumat, 12 Desember 2025 - 10:45 WITA

Menjadikan Manajemen Risiko Nafas Baru Pemerintahan Daerah

Minggu, 23 November 2025 - 08:50 WITA

Citra Perempuan Dalam Puisi Barat

Jumat, 21 November 2025 - 20:01 WITA

KECIMOL DAN RIWAYAT SOSIAL BUDAYA MASYARAKAT SASAK

Berita Terbaru

Apa yang mereka lakukan berangkat dari kesadaran sebagai manusia biasa  (Foto: ist)

AGENDA SOSIAL

Seni sebagai Kesaksian Zaman: Solidaritas dari Mataram untuk Sumatera

Selasa, 23 Des 2025 - 01:12 WITA

The Last Fruit mengandung metafora yang kuat. Ia terdengar sederhana, tetapi sekaligus menggetarkan (Foto: bp)

TOKOH & INSPIRASI

Buah Terakhir dari Hutan yang Terkoyak

Senin, 22 Des 2025 - 20:32 WITA

Karya-karya Pak Kisid (kanan) hadir sebagai penanda bahwa seni tidak hanya berbicara tentang bentuk dan warna, tetapi juga tentang nilai dan tanggung jawab.(Foto: ist)

TOKOH & INSPIRASI

I Nengah Kisid: Melukis sebagai Jalan Membaca, Mendengar, dan Melakukan

Senin, 22 Des 2025 - 18:32 WITA

Dari Sumbawa, sebuah gagasan sedang dirajut: bahwa masa depan literasi daerah tidak harus gemerlap, tetapi harus berakar (foto: NR)

KEARIFAN LOKAL

Menggagas Perpustakaan Tematik: Jalan Sunyi Literasi dari Tana Samawa

Senin, 22 Des 2025 - 16:54 WITA

Dipsy Do tergolong band baru, lahir dari jam-jam sepulang kerja (Foto: Konser Lombok)

MUSIC & SHOW BIZZ

Dipsy Do di Soundrenaline 2025: Dari Mataram ke Pusat Hiruk-Pikuk Modernitas

Senin, 22 Des 2025 - 15:50 WITA