Ribuan Putri Berjalan Kaki di Mandalika Lombok Jelang Bau Nyale 2025

Senin, 17 Februari 2025 - 23:44 WITA

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

CERAKEN.ID- Ribuan putri dari berbagai desa yang merupakan peserta Karnaval Budaya Mandalika berjalan kaki di kawasan Mandalika, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat (NTB) menjelang puncak Bau Nyale (Menangkap cacing laut) di Pantai Seger, Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika, pada 18-19 Februari 2024.

“Karnaval 1000 putri ini menjadi bagian dari rangkaian acara site event Bau Nyale dan diharapkan mampu menarik perhatian wisatawan, baik lokal maupun mancanegara,” kata Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Lombok Tengah Lalu Sungkul saat acara Karnaval Bau Nyale di Mandalika, Senin.

Dalam karnaval itu menghadirkan 1.000 putri-putri terbaik dari seluruh kecamatan di Lombok Tengah, yang akan berjalan dari kawasan Kuta Beach Park Mandalika hingga areal Bazar Mandalika.

Baca Juga :  Budaya sebagai Infrastruktur Kesejahteraan: Menuju Masyarakat Well Being

“Ribuan putri ini adalah yang terbaik dari setiap kecamatan di Lombok Tengah. Mereka akan menampilkan kostum dengan berbagai model dan warna yang mencerminkan keberagaman budaya Lombok Tengah,” katanya.

Melalui rangkaian Bau Nyale itu, kata dia, diharapkan bisa menarik minat pengunjung, terutama wisatawan mancanegara, untuk datang dan meramaikan kegiatan Bau Nyale.

“Karnaval ini akan menjadi daya tarik tersendiri sebelum acara puncak,” katanya.

Bau Nyale adalah tradisi budaya khas Lombok yang menceritakan legenda Putri Mandalika. Ajang tahunan ini tidak hanya menjadi ajang pelestarian budaya, tetapi juga mendukung sektor pariwisata di KEK Mandalika atau Lombok Tengah.

Dengan konsep yang megah dan melibatkan banyak peserta, karnaval 1000 putri ini dipastikan menjadi salah satu ikon dari kegiatan Bau Nyale 2025.

Baca Juga :  Pesta Seni NTB 2025 Siap Digelar, Taman Budaya NTB Dorong Sinergi dan Regenerasi Seni

“Masyarakat dan wisatawan diimbau untuk tidak melewatkan momen ini, yang akan menghadirkan pengalaman budaya yang unik dan berkesan di KEK Mandalika,” katanya.

Sementara itu Sekda Lombok Tengah Lalu Firman Wijaya mengatakan melalui kegiatan ini diharapkan dapat memperkuat promosi pariwisata dan dapat memberikan dampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi masyarakat.

“Kami menghadirkan ribuan putri Mandalika ini menandakan tradisi Bau Nyale tetap dilestarikan,” katanya.

Oleh karena itu pihaknya tetap melakukan evaluasi terhadap rangkaian kegiatan Bau Nyale yang dilaksanakan, sehingga kualitas kegiatan diharapkan bisa menarik wisatawan lokal maupun asing untuk berkunjung di Mandalika.

“Bau Nyale ini tradisi masyarakat yang harus tetap dilestarikan untuk pengembangan pariwisata,” katanya.***

Berita Terkait

Dari Benang ke Panggung Budaya: Gelar Wastra Dekranasda NTB Hidupkan Tenun Dua Pulau
Kembalinya Senyum Dewi Rengganis: Wayang Sasak Menjaga Wastra dan Ingatan Budaya
“Melet Bedait”: Ratapan Lama dalam Napas Baru Lombok Ethno Fusion
Resonansi yang Menyatu: Pameran Perdana Mandalika Art Community di Taman Budaya NTB
Resonansi: Getaran Seni Rupa Mandalika Menyambut HUT NTB ke-67
Kongso Sukoco: Kesetiaan yang Melawan Ekosistem
Menjadikan Kebudayaan sebagai Isu Utama
Simposium Kebijakan Kebudayaan Warnai Rangkaian Festival Teater Indonesia 2025 di NTB

Berita Terkait

Sabtu, 20 Desember 2025 - 12:10 WITA

Kembalinya Senyum Dewi Rengganis: Wayang Sasak Menjaga Wastra dan Ingatan Budaya

Sabtu, 20 Desember 2025 - 09:25 WITA

“Melet Bedait”: Ratapan Lama dalam Napas Baru Lombok Ethno Fusion

Rabu, 17 Desember 2025 - 08:19 WITA

Resonansi yang Menyatu: Pameran Perdana Mandalika Art Community di Taman Budaya NTB

Senin, 15 Desember 2025 - 11:27 WITA

Resonansi: Getaran Seni Rupa Mandalika Menyambut HUT NTB ke-67

Minggu, 14 Desember 2025 - 20:17 WITA

Kongso Sukoco: Kesetiaan yang Melawan Ekosistem

Berita Terbaru

Apa yang mereka lakukan berangkat dari kesadaran sebagai manusia biasa  (Foto: ist)

AGENDA SOSIAL

Seni sebagai Kesaksian Zaman: Solidaritas dari Mataram untuk Sumatera

Selasa, 23 Des 2025 - 01:12 WITA

The Last Fruit mengandung metafora yang kuat. Ia terdengar sederhana, tetapi sekaligus menggetarkan (Foto: bp)

TOKOH & INSPIRASI

Buah Terakhir dari Hutan yang Terkoyak

Senin, 22 Des 2025 - 20:32 WITA

Karya-karya Pak Kisid (kanan) hadir sebagai penanda bahwa seni tidak hanya berbicara tentang bentuk dan warna, tetapi juga tentang nilai dan tanggung jawab.(Foto: ist)

TOKOH & INSPIRASI

I Nengah Kisid: Melukis sebagai Jalan Membaca, Mendengar, dan Melakukan

Senin, 22 Des 2025 - 18:32 WITA

Dari Sumbawa, sebuah gagasan sedang dirajut: bahwa masa depan literasi daerah tidak harus gemerlap, tetapi harus berakar (foto: NR)

KEARIFAN LOKAL

Menggagas Perpustakaan Tematik: Jalan Sunyi Literasi dari Tana Samawa

Senin, 22 Des 2025 - 16:54 WITA

Dipsy Do tergolong band baru, lahir dari jam-jam sepulang kerja (Foto: Konser Lombok)

MUSIC & SHOW BIZZ

Dipsy Do di Soundrenaline 2025: Dari Mataram ke Pusat Hiruk-Pikuk Modernitas

Senin, 22 Des 2025 - 15:50 WITA