Kisah Adam dan Hawa yang terusir dari surga karena lebih memilih untuk mengikuti rayuan setan dengan memakan buah dari pohon khuldi, meskipun Allah sudah jelas melarangnya, memberikan kita pelajaran yang berharga tentang makna kesenangan yang menyesatkan. Kehidupan kita, baik yang telah terjadi maupun yang akan datang, terus menunjukkan pertarungan antara rayuan dan penolakan.
Ketika kita mengamati perintah Allah yang jelas-jelas membawa kebaikan, kita seringkali tergoda untuk melanggarnya oleh rayuan setan yang menjanjikan kenikmatan, kesenangan, dan harapan palsu. Ini adalah pembelajaran yang penting bagi kita untuk memahami konsekuensi dari memilih kesenangan duniawi daripada taat pada Allah.
Kesanggupan kita untuk mentaati perintah Allah selalu berfluktuasi. Ada saatnya kita penuh semangat dalam menjalankan ibadah, tetapi ada juga saatnya kita malas dan kurang bersemangat. Hal ini dikenal sebagai futur, di mana setelah periode intensitas tinggi, kita mengalami periode kelesuan.
Kita, sebagai manusia, tidaklah sempurna. Namun, kita juga tidak ingin terjebak dalam siklus futur yang dapat membuat kita menolak perintah Allah. Seperti tamsil yang digambarkan oleh Buya Hamka, Allah menetapkan aturan yang kita harus ikuti, dan kita seharusnya mengalir seperti air yang memenuhi tempat kosong dalam arusnya.
Dalam kehidupan nyata, kita terus-menerus dihadapkan pada godaan dan penolakan. Setan menggunakan berbagai cara untuk menarik kita ke dalam godaan dan mempengaruhi hawa nafsu kita. Namun, melalui ketaatan pada perintah Allah, kita dapat mengalahkan pengaruh setan dan mengendalikan hawa nafsu kita.
Puasa adalah salah satu cara yang telah ditetapkan oleh Allah untuk membantu kita mengatasi godaan setan. Ini bukan hanya sekadar kewajiban, tetapi juga merupakan cara untuk menaklukkan nafsu dan mengingatkan kita akan kebenaran Allah. Puasa mengajarkan kita untuk tidak terlalu terikat pada kenikmatan duniawi dan mengingatkan kita akan kebutuhan spiritual kita. Puasa juga membawa kita pada pengalaman introspeksi yang mendalam, di mana kita belajar untuk mengendalikan nafsu dan mengarahkannya ke arah yang benar.
Dari zaman Adam hingga saat ini, setan tak akan pernah berhenti menggoda dan menghalangi manusia untuk ingkar kepada Allah. Meskipun kita hidup dalam zaman yang berbeda dengan Adam, tantangan yang kita hadapi dalam menghadapi godaan setan tetaplah sama. Setan akan menggunakan berbagai cara yang canggih dan beragam untuk mempengaruhi dan menyesatkan kita sebagai manusia dari jalan yang benar.
Namun demikian, sebagai umat manusia yang beriman, kita tidak boleh putus asa. Kita harus tetap yakin bahwa dengan kesadaran akan ajaran puasa dan prinsip-prinsip yang terkandung di dalamnya, kita dapat menolak godaan setan. Puasa memberikan kita kesempatan untuk memperkuat hubungan spiritual dengan Allah dan meneguhkan keyakinan kita pada kebenaran-Nya.
Melalui doa dan refleksi yang mendalam selama bulan puasa, kita dapat meningkatkan ketahanan kita terhadap godaan setan. Kita dapat memperoleh pemahaman yang lebih dalam tentang kebenaran Allah dan memperkuat tekad kita untuk menjalani hidup sesuai dengan ajaran-Nya. Dengan demikian, puasa bukan hanya sekadar rutinitas ibadah, tetapi juga sebuah perjuangan spiritual yang membantu kita dalam menghadapi godaan setan.
Penulis : Cukup Wibowo
Editor : Editor Ceraken