Bang Abah Mengedepankan Kesetaraan. Saptoto: Militansi Relawan Akan Menangkan 02

Kamis, 31 Oktober 2024 - 20:09 WITA

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

 

CERAKEN.ID -Hari pencoblosan pemilihan Gubernur NTB tinggal menghitung hari. Pasangan calon dan para pendukungnya semakin intens melakukan sosialisasi.

Saling claim dan saling sindir antar para pendukung menghiasi laman-laman sosial media. Namun demikian, eskalasinya masih pada taraf kewajaran. Ini tidak lepas dari komitmen para Paslon untuk menciptakan iklim Pilkada yang riang gembira.

“Saling klaim itu biasalah. Saling sindir juga biasa. Perang verbal di dunia politik itu biasa. Yang penting jangan serang personal apalagi fisik,” ujar Saptoto,salah seorang pendukung Pasangan Bang Zul – Uhel.

Ditanya tentang peluang kemenangan pasangan 02 ini, Saptoto sangat optimis. “Kalau bicara peluang saya pikir semua berpeluang. Tinggal bagaimana masing-masing paslon memaksimalkan peluang tersebut,” ujarnya.

Namun demikian tambah dia, ada beberapa faktor yang menjadi pembeda Bang Zul – Uhel dengan Paslon lain. Dan ini adalah nilai plus bagi Paslon 02.

Para pendukung Bang Zul – Uhel sangat militan, karena sepak terjang selama ini. Komitmen keberpihakan Bang Zul dan Abah Uhel kepada rakyat tidak diragukan lagi.

Rekam jejak Bang Zul selama lima tahun masih jelas terlihat. Bahkan Abah Uhel 10 tahun menjadi Bupati Lombok Tengah masih dikenang masyarakat Lombok Tengah.

Baca Juga :  Laporan Muswil Dekopinwil NTB 2025: LPJ Diterima Aklamasi, Sinergi dengan Pemerintah Jadi Penegas Arah Baru

Ditambah jadi anggota dewan dan ketua DPD Golkar membuat Abah Uhel lebih gaul lagi.

“Bang Zul dan Abah Uhel itu banyak temannya. Mereka bukan type orang yang suka eksklusivitas. Pertemanan mereka terbangun atas kesetaraan,” terang Saptoto.

“Di komunitas pacuan kuda misalnya. Bang Zul itu berbaur tanpa sekat dengan masyarakat. Debu, aroma keringat tidak membatasi Bang Zul dengan teman-temannya. Padahal dia gubernur lho,” tambahnya.

Demikian juga di komunitas lain, seperti komunitas motor, UMKM dan lainnya. Apalagi di birokrasi, Bang Zul bukan type pemimpin yang membangun iklim atasan dengan bawahan.

Tidak mendikte bawahan. Justru cenderung memberi ruang kreasi dan inovasi kepada bawahan. “Salah-salah sedikit tidak apa. Anggap sebagai pembelajaran,” itu kalimat yang sering diujarkan Bang Zul menurut Saptoto.

Demikian juga dengan Abah Uhel. Sampai hari ini, pendukung Abah Uhel lima tahun yang lalu masih terjaga dan sangat militan.

Hal ini bisa terjadi karena pola komunikasi yang dibangun adalah atas nilai persabahatan dan kesetaraan.

Rekam jejak Abah Uhel selama 10 tahun jadi Bupati Lombok Tengah masih terlihat sampai sekarang.

Dan ini selalu dikenang masyarakat Lombok Tengah.

Baca Juga :  Peran Strategis BUMN dan Perguruan Tinggi dalam Akselerasi Pariwisata Berkelanjutan di NTB

“Sangat berlebihan kalau ada klaim Iqbal Dinda menang 50 persen lebih di Lombok Tengah,” tegas Saptoto.

Dukungan terhadap Lalu Muhammad Iqbal terbangun karena kekaguman saja. Dan ini sangat rapuh. Gampang sekali tergerus.

Hal ini menurut Saptoto sangat wajar karena Lalu Muhammad Iqbal bagi orang NTB adalah sosok baru. Tidak banyak yang mengenalnya secara pribadi apalagi sepak terjangnya seperti apa..?.

“Orang kagum karena dia adalah diplomat dan pernah menjadi duta besar,” tandas wartawan senior ini.
“Untung saja Lalu Muhammad Iqbal dapat menggandeng Indah Damayanti sebagai wakil,” ujarnya.

Indah Damayanti kata Saptoto punya pendukung militan yang terbangun oleh keuntungan geopolitik. Bagaimanapun sentimen Bima Dompu cukup kuat untuk membangun militansi dukungan tersebut.

Sedangkan dukungan Rohmi Firin muncul lebih karena “ekslufitas” dengan mengeksplor organisasi NWDI.

Dari sisi militansi tidak bisa diragukan lagi. Sangat kuat kohesivitasnya. Tetapi hal ini secara tidak langsung membangun stigma “only NWDI”.

Hal ini membuat dukungan dari luar menjadi kurang kuat. “Umi Rohmi dan tim harus bekerja keras untuk meminimalisir stigma ini,” papar Saptoto.

“Dengan berbagai kalkulasi tersebut, saya yakin Bang Zul Uhel akan memenangkan kontetasi ini,” pungkasnya.***

Penulis : CR-03

Editor : Editor Ceraken

Berita Terkait

Menjaga Daya Hidup di Jalan Teater ala Kongso Sukoco
Pengabdian yang Dihidupi: Kongso Sukoco, Teater, dan Etika Kesetiaan
Lalu Anis Mujahid Akbar Terima “Pinangan” Peserta Muswil, Siap Pimpin Dekopinwil NTB
Laporan Muswil Dekopinwil NTB 2025: LPJ Diterima Aklamasi, Sinergi dengan Pemerintah Jadi Penegas Arah Baru
Gubernur NTB Buka Muswil Dekopin 2025: “Akhirnya Dekopin Ada Juga”
Peran Strategis BUMN dan Perguruan Tinggi dalam Akselerasi Pariwisata Berkelanjutan di NTB
Transition: Membaca Ruang Batin, Budaya, dan Perubahan dalam Perupa Lalu Syaukani
Dua Ulama Aswaja dalam Satu Panggung Tabligh Akbar di Lombok: TGB Zainul Majdi dan Ustad Abdul Somad

Berita Terkait

Senin, 15 Desember 2025 - 08:46 WITA

Menjaga Daya Hidup di Jalan Teater ala Kongso Sukoco

Minggu, 14 Desember 2025 - 20:48 WITA

Pengabdian yang Dihidupi: Kongso Sukoco, Teater, dan Etika Kesetiaan

Rabu, 10 Desember 2025 - 14:23 WITA

Lalu Anis Mujahid Akbar Terima “Pinangan” Peserta Muswil, Siap Pimpin Dekopinwil NTB

Rabu, 10 Desember 2025 - 08:51 WITA

Laporan Muswil Dekopinwil NTB 2025: LPJ Diterima Aklamasi, Sinergi dengan Pemerintah Jadi Penegas Arah Baru

Selasa, 9 Desember 2025 - 17:24 WITA

Gubernur NTB Buka Muswil Dekopin 2025: “Akhirnya Dekopin Ada Juga”

Berita Terbaru

Apa yang mereka lakukan berangkat dari kesadaran sebagai manusia biasa  (Foto: ist)

AGENDA SOSIAL

Seni sebagai Kesaksian Zaman: Solidaritas dari Mataram untuk Sumatera

Selasa, 23 Des 2025 - 01:12 WITA

The Last Fruit mengandung metafora yang kuat. Ia terdengar sederhana, tetapi sekaligus menggetarkan (Foto: bp)

TOKOH & INSPIRASI

Buah Terakhir dari Hutan yang Terkoyak

Senin, 22 Des 2025 - 20:32 WITA

Karya-karya Pak Kisid (kanan) hadir sebagai penanda bahwa seni tidak hanya berbicara tentang bentuk dan warna, tetapi juga tentang nilai dan tanggung jawab.(Foto: ist)

TOKOH & INSPIRASI

I Nengah Kisid: Melukis sebagai Jalan Membaca, Mendengar, dan Melakukan

Senin, 22 Des 2025 - 18:32 WITA

Dari Sumbawa, sebuah gagasan sedang dirajut: bahwa masa depan literasi daerah tidak harus gemerlap, tetapi harus berakar (foto: NR)

KEARIFAN LOKAL

Menggagas Perpustakaan Tematik: Jalan Sunyi Literasi dari Tana Samawa

Senin, 22 Des 2025 - 16:54 WITA

Dipsy Do tergolong band baru, lahir dari jam-jam sepulang kerja (Foto: Konser Lombok)

MUSIC & SHOW BIZZ

Dipsy Do di Soundrenaline 2025: Dari Mataram ke Pusat Hiruk-Pikuk Modernitas

Senin, 22 Des 2025 - 15:50 WITA