MATARAM ( ceraken.id)- Masjid jami Lebai Sandar berdiri kokoh di tengah pemukiman warga, tepatnya di Kelurahan Dayan Peken, Kecamatan Ampenan, Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB).
Masjid Lebai Sandar ini menjadi salah satu saksi bisu masa jaya kota tua Ampenan di ujung barat Pulau Lombok.
Masjid ini berada di Jalan Saleh Sungkar, gang Silaq Simpang, Ampenan. Lokasinya agak tersembunyi dari jalan raya. Untuk bisa sampai ke sini tribunners harus melewati gang di samping Puskesmas Ampenan.
Gang masjid ini hanya berjarak sekitar 100 meter dari simpang lima Ampenan, dari jalan raya kemudian masuk beberapa meter dari gang tersebut.
Sekilas bangunan Masjid Lebai Sandar tidak jauh berbeda dengan masjid pada umumnya. Meski usia masjid sudah 100 tahun lebih, konstruksi bangunan tampak kokoh dan modern. Tidak seperti masjid tua lainnya di Lombok, bangunan masjid dicat hijau dengan kubah warna keemasan
Abah Ahmad (48), warga sekitar yang ditemui TribunLombok.com di lokasi menuturkan, masjid jamiq Lebai Sandar ini merupakan masjid tua.
“Sepengetahuan saya masjid Jamiq Lebai Sandar ini termasuk masjid tua dan dibangun oleh orang Sumatera, namun saya tidak tahu orang Sumatera bagian mana,” jelasnya saat ditemui, di teras masjid, Selasa (12/3/2024).
Meski demikian Abah Ahmad mengaku tidak terlalu tahu tentang seluk beluk dan sejarah pembangunan masjid. Selama ini dia hanya tahu jika masjid yang digunakannya beribadah sehari-hari adalah masjid tua.
Sementara itu Sahlaludin (47) takmir Masjid Lebai Sandar menjelaskan, bahwa masjid ini dibangun sebelum 1904
“Itu pun tahun 1904 itu masjid ini direnovasi untuk yang kedua kalinya,” kata Sahlaludin.
Sampai saat ini ia dan warga setempat tidak tahu persis kapan masjid ini dibangun, namun masjid ini dibuat oleh orang Sumatera yang bernama Lebai Sandar.
“Lebai Sandar ini membuat rumah tempat bersinggah bersama saudarinya bernama Lebai Sari. Ia dan saudarinya membuat tempat ibadah di dekat rumahnya agar gampang berdakwah di Pulau Lombok,” ujarnya.
Lebai Sandar sendiri adalah seorang penyiar Islam yang berasal dari Palembang, Sumatera Selatan. Tidak diketahui kapan tepatnya Lebai Sandar datang ke Lombok untuk berdakwah.
Konon bangun masjid tersebut awalnya tidak seperti saat ini, namun dia berbentuk masjid kuno seperti masjid kuno di Bayan.
“Masjid ini persis seperti masjid tua yang ada di Bayan, ada songkoknya di atas, kayak bangunan masjid tua itu sudah,” ujarnya.
Untuk membuktikan bahwa masjid ini dikatakan masjid tua, pengurus masjid masih menyimpan benda-benda sejarah seperti gentong besar, kendi, piring, dan mimbar tua.
“Meski secara (bantuk) bangunan tidak seperti masjid tua, tetapi masjid ini masih menyimpan banyak benda sejarah seperti piring, kendi, gentong besar yang tidak bisa diangkat oleh satu orang tetapi harus lebih dari satu orang,” tutupnya.
Selain menyimpan benda-benda bersejarah, masjid jami Lebai Sandar masih menggunakan air sumur yang digunakan oleh Lebai Sandar untuk bersuci waktu lalu. Posisi sumur masih seperti sediakala.
Mata air itu ditutup lantai masjid dan sehari-hari difungsikan sebagai sumber air untuk berwudhu.
“Sumur ini masih digunakan sampai hari ini oleh warga, sumur ini tidak boleh dirusak, karena sumur ini bagian dari bukti sejarah di Masjid Jamiq Lebai Sandar ini. Airnya sangat bersih dan tidak bau. Kalau dulu warga sampai mengambil air minum di sumur itu dan sampai sekarang kita tidak pernah memakai (air) PDAM,” tuturnya.**
Penulis : CR - 04
Editor : Tim Redaksi
Sumber Berita : Tribunnews.com