Tenun Lombok Antara Komoditas dan Identitas

Senin, 15 April 2024 - 19:20 WITA

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Model memperlihatkan motif tenun dari Desa Pringgasela, Lombok Timur, bulan Oktober 2022, di acara lelang merchandise MotoGP, fesyen, dan UMKM yang digagas Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang Mataram di

Model memperlihatkan motif tenun dari Desa Pringgasela, Lombok Timur, bulan Oktober 2022, di acara lelang merchandise MotoGP, fesyen, dan UMKM yang digagas Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang Mataram di

MATARAM (ceraken.id)– Produksi kain tenun perempuan Sasak di Lombok ikut menopang kebutuhan rumah tangga sehari-hari. Tenun merupakan peradaban perempuan Sasak di Lombok yang ikut menandai kekayaan Wastra Nusantara.

Khaerul Anwar di Khazanah Tenun Tradisional NTB (2022), mencantumkan aktivitas menenun sudah berlangsung berabad-abad di dunia, namun kapan persisnya tradisi menenun berjalan di Lombok, belum diketahui pasti. Sejumlah telusur pustaka menyebutkan, sebelum tradisi menenun ke Nusantara dan ke Lombok, ada dugaan kebudayaan menenun bermula di sekitar Mesopotamia dan Mesir tahun 5000 SM.

Dina Faisal, pemilik Studio Bidadariku di Lombok Tengah, tahun 2023, pernah meriset tenun Lombok. Penelitiannya bahkan telah dipublikasikan TVRI NTB melalui program dokumenter. Dalam tayangan itu, Dina menyatakan aktivitas menenun di Lombok saat ini bisa dilihat di Desa Sade, Lombok Tengah. Lebih luas lagi tenun Sasak telah menjadi komoditas di desa wisata. Di satu sisi tengah menghadapi tantangan keluhuran dari sebuah motif. Corak merefleksikan karya, cipta dan rasa penenun.

Baca Juga :  Prof. Nuriadi Ajak Masyarakat Memuliakan Guru di Hari Guru Nasional 2025

Menurut Dina, manifestasi nilai luhur masyarakat Sasak pada tenun tercermin dalam warna-warna kain Tenun Sasak. Warna biru, dan merah dipercaya merupakan warna purba di atas sehelai kain tenun Sasak Lombok. Fakta tersebut ikut menunjukan bahwa aktivitas pewarnaan pada kain tenun Sasak sudah berlangsung sejak satu abad lalu, yaitu menggunakan pewarna alami.

Dina memastikan, kegiatan mewarnai benang atau kain tenun tersambung dengan cara mendapat kapas. Jenis kapas ada kelasnya maka masyarakat Lombok mulai menanam kapas secara mandiri. Tujuannya agar terhindar dari benang impor. Kemandirian Masyarakat dalam menenun tersambung dengan kebiasaan orang tua memberi alat tenun kepada anak perempuan.

Baca Juga :  Prof. Nuriadi Ajak Masyarakat Memuliakan Guru di Hari Guru Nasional 2025

Penelusuran Dina mencari seluk-beluk tanaman kapas di Lombok, mempertemukan dia dengan beberapa pihak yang pernah menanam kapas di kebun. Penanaman tersebut ikut didukung program pemerintah. Untuk mendapatkan kapas, tanaman perlu tujuh bulan untuk berbunga. Untuk mengolah kapas menjadi benang pun membutuhkan alat khusus.

Belakangan, keberadaan alat yang mampu memisah serat kapas dari bijinya, memintal dan mewarnai menghadapi tantangan regenerasi. Selanjutnya murahnya jasa aktivitas mengolah kapas. Sementara narasi global tentang keberlanjutan dari sebuah produk tengah popular membuat keberadaan Tenun Sasak diantara komoditas***

Berita Terkait

Prof. Nuriadi Ajak Masyarakat Memuliakan Guru di Hari Guru Nasional 2025
Festival Bau Nyale 2025: Peresean dan Parade Siu Puteri Mandalika Meriahkan Tradisi di Lombok
Konversi Lahan Pertanian Sebuah Keniscayaan, Ini Gagasan Rohmi Firin untuk Ketahanan Pangan NTB
Banyak Manfaat, UMKM Didorong Berinvestasi atau Nabung Saham
Dana Pemerintah Daerah Mengendap di Bank hingga Rp 180,96 Triliun
Provokasi Dompu Berhasil, Bapanas Tindak Lanjuti Penyesuan HAP Jagung
Bulog Ikut Stabilkan Harga Jagung di Bima – Dompu
Jamur Tiram di Lombok Barat Bangun Ekonomi Warga

Berita Terkait

Selasa, 25 November 2025 - 17:58 WITA

Prof. Nuriadi Ajak Masyarakat Memuliakan Guru di Hari Guru Nasional 2025

Sabtu, 15 Februari 2025 - 17:47 WITA

Festival Bau Nyale 2025: Peresean dan Parade Siu Puteri Mandalika Meriahkan Tradisi di Lombok

Senin, 14 Oktober 2024 - 06:59 WITA

Konversi Lahan Pertanian Sebuah Keniscayaan, Ini Gagasan Rohmi Firin untuk Ketahanan Pangan NTB

Minggu, 28 April 2024 - 15:06 WITA

Banyak Manfaat, UMKM Didorong Berinvestasi atau Nabung Saham

Jumat, 26 April 2024 - 17:38 WITA

Dana Pemerintah Daerah Mengendap di Bank hingga Rp 180,96 Triliun

Berita Terbaru

Apa yang mereka lakukan berangkat dari kesadaran sebagai manusia biasa  (Foto: ist)

AGENDA SOSIAL

Seni sebagai Kesaksian Zaman: Solidaritas dari Mataram untuk Sumatera

Selasa, 23 Des 2025 - 01:12 WITA

The Last Fruit mengandung metafora yang kuat. Ia terdengar sederhana, tetapi sekaligus menggetarkan (Foto: bp)

TOKOH & INSPIRASI

Buah Terakhir dari Hutan yang Terkoyak

Senin, 22 Des 2025 - 20:32 WITA

Karya-karya Pak Kisid (kanan) hadir sebagai penanda bahwa seni tidak hanya berbicara tentang bentuk dan warna, tetapi juga tentang nilai dan tanggung jawab.(Foto: ist)

TOKOH & INSPIRASI

I Nengah Kisid: Melukis sebagai Jalan Membaca, Mendengar, dan Melakukan

Senin, 22 Des 2025 - 18:32 WITA

Dari Sumbawa, sebuah gagasan sedang dirajut: bahwa masa depan literasi daerah tidak harus gemerlap, tetapi harus berakar (foto: NR)

KEARIFAN LOKAL

Menggagas Perpustakaan Tematik: Jalan Sunyi Literasi dari Tana Samawa

Senin, 22 Des 2025 - 16:54 WITA

Dipsy Do tergolong band baru, lahir dari jam-jam sepulang kerja (Foto: Konser Lombok)

MUSIC & SHOW BIZZ

Dipsy Do di Soundrenaline 2025: Dari Mataram ke Pusat Hiruk-Pikuk Modernitas

Senin, 22 Des 2025 - 15:50 WITA