LOMBOK TIMUR (ceraken.id)- Memiliki pengalaman di masa lalu sebagai pesisir, Desa Pijot, Kecamatan Keruak, Lombok Timur, kini menjadi salah satu ladang utama budidaya garam di Nusa Tenggara Barat (NTB).
Desa Pijot sebuah desa di Lombok Timur bagian Selatan. Khaerul Anwar, dalam buku Gora, Sejarah Peradaban Pertanian Di Lombok menulis, Pijot pernah menjadi pelabuhan transit di masa lalu bagi kapal dagang dalam dan luar negeri. Tulisan itu disertai dengan foto petani garam Tengah memanen garam di ladang (baru).
Sekilas memang tak tampak di mana sisa-sisa peninggalan pelabuhan itu Ketika saat berkunjung ke desa ini, belum lama ini. Hanya Pelabuhan itu masih bisa dibuktikan melalui keberadaan Tanjung Luar sebagai Pasar Ikan yang lokasinya tidak jauh dari Pijot atau petak ladang garam pinggir pantai.
Memasuki musim kemarau ini, petani garam di Desa Pijot sedang menyiapkan ladang untuk budi daya garam. Supaya air garam tak merembes ke dalam tanah, petani memadatkan tanah menggunakan stum kecil yang didorong menggunakan tangkai besi. Stum ini dengan mudah melaju di atas lahan yang sudah rata bahkan digerakkan oleh perempuan sekalipun.
Petani garam Desa Pijot, Aming, kepada media ini menuturkan, pihaknya tengah menggayung air laut agar masuk ke dalam ladang. Waktu itu jarum jam menunjukan pukul 11 siang. Menurut Aming, air yang dimasukan ke dalam ladang adalah air yang sudah terpapar sinar matahari. Air laut yang sudah terpanggang itu memiliki kadar garam atau asin yang lebih tinggi dibandingkan pagi atau sore hari.
“Biasanya 5-6 di jam 12 siang. Dimasukan ke petak yang sudah rata, yang sudah keras,” katanya.
Menurut Aming, perlu waktu sekitar dua minggu untuk bisa mengetahui kapan garam bisa dipanen. Setelah memasuki dua minggu, bintik garam biasanya sudah terlihat di atas ladang, sehingga tinggal menunggu 5-6 hari untuk memasuki masa panen. Semakin terik cuaca, maka semakin banyak pula garam yang bisa dipanen.
Usaha petani garam di Desa Pijot didukung oleh kalangan ibu-ibu yang membuka lapak di pinggir jalan menjual garam petani. Untuk seperempat kilogram garam halus dikenakan harga Rp 5.000. Ada pula yang dikenakan harga Rp 65.000 untuk garam yang sudah dimasukan ke dalam karung ukuran 5 kilogram. Selain yang sudah di kemas atau bungkus plastik, penjualan garam berbentuk kerucut atau kojongan karena menyesuaikan dengan bentuk kukusan garam.***
Penulis : CR - 04
Editor : Tim Redaksi