Usaha Petani Garam di Desa Pijot Lombok Timur

Minggu, 31 Maret 2024 - 17:04 WITA

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Usaha petani garam di Desa Pijot, Lombok Timur, didukung kalangan perempuan yang membuka lapak di pinggir jalan menjual garam petani. Untuk seperempat kilogram garam halus dikenakan harga Rp 5.000

Usaha petani garam di Desa Pijot, Lombok Timur, didukung kalangan perempuan yang membuka lapak di pinggir jalan menjual garam petani. Untuk seperempat kilogram garam halus dikenakan harga Rp 5.000

LOMBOK TIMUR (ceraken.id)- Memiliki pengalaman di masa lalu sebagai pesisir, Desa Pijot, Kecamatan Keruak, Lombok Timur, kini menjadi salah satu ladang utama budidaya garam di Nusa Tenggara Barat (NTB).

Desa Pijot sebuah desa di Lombok Timur bagian Selatan. Khaerul Anwar, dalam buku Gora, Sejarah Peradaban Pertanian Di Lombok menulis, Pijot pernah menjadi pelabuhan transit di masa lalu bagi kapal dagang dalam dan luar negeri. Tulisan itu disertai dengan foto petani garam Tengah memanen garam di ladang (baru).

Sekilas memang tak tampak di mana sisa-sisa peninggalan pelabuhan itu Ketika saat  berkunjung ke desa ini, belum lama ini. Hanya Pelabuhan itu masih bisa dibuktikan melalui keberadaan Tanjung Luar sebagai Pasar Ikan yang lokasinya tidak jauh dari Pijot atau petak ladang garam pinggir pantai.

Baca Juga :  Prof. Nuriadi Ajak Masyarakat Memuliakan Guru di Hari Guru Nasional 2025

Memasuki musim kemarau ini, petani garam di Desa Pijot sedang menyiapkan ladang untuk budi daya garam. Supaya air garam tak merembes ke dalam tanah, petani memadatkan tanah menggunakan stum kecil yang didorong menggunakan tangkai besi. Stum ini dengan mudah melaju di atas lahan yang sudah rata bahkan digerakkan oleh perempuan sekalipun.

Petani garam Desa Pijot, Aming, kepada media ini menuturkan, pihaknya tengah menggayung air laut agar masuk ke dalam ladang. Waktu itu jarum jam menunjukan pukul 11 siang. Menurut Aming, air yang dimasukan ke dalam ladang adalah air yang sudah terpapar sinar matahari. Air laut yang sudah terpanggang itu memiliki kadar garam atau asin yang lebih tinggi dibandingkan pagi atau sore hari.

“Biasanya 5-6 di jam 12 siang. Dimasukan ke petak yang sudah rata, yang sudah keras,” katanya.

Baca Juga :  Prof. Nuriadi Ajak Masyarakat Memuliakan Guru di Hari Guru Nasional 2025

Menurut Aming, perlu waktu sekitar dua minggu untuk bisa mengetahui kapan garam bisa dipanen. Setelah memasuki dua minggu, bintik garam biasanya sudah terlihat di atas ladang, sehingga tinggal menunggu 5-6 hari untuk memasuki masa panen. Semakin terik cuaca, maka semakin banyak pula garam yang bisa dipanen.

Usaha petani garam di Desa Pijot didukung oleh kalangan ibu-ibu yang membuka lapak di pinggir jalan menjual garam petani. Untuk seperempat kilogram garam halus dikenakan harga Rp 5.000. Ada pula yang dikenakan harga Rp 65.000 untuk garam yang sudah dimasukan ke dalam karung ukuran 5 kilogram. Selain yang sudah di kemas atau bungkus plastik, penjualan garam berbentuk kerucut atau kojongan karena menyesuaikan dengan bentuk kukusan garam.***

 

Penulis : CR - 04

Editor : Tim Redaksi

Berita Terkait

Prof. Nuriadi Ajak Masyarakat Memuliakan Guru di Hari Guru Nasional 2025
Festival Bau Nyale 2025: Peresean dan Parade Siu Puteri Mandalika Meriahkan Tradisi di Lombok
Konversi Lahan Pertanian Sebuah Keniscayaan, Ini Gagasan Rohmi Firin untuk Ketahanan Pangan NTB
Banyak Manfaat, UMKM Didorong Berinvestasi atau Nabung Saham
Dana Pemerintah Daerah Mengendap di Bank hingga Rp 180,96 Triliun
Provokasi Dompu Berhasil, Bapanas Tindak Lanjuti Penyesuan HAP Jagung
Bulog Ikut Stabilkan Harga Jagung di Bima – Dompu
Jamur Tiram di Lombok Barat Bangun Ekonomi Warga

Berita Terkait

Selasa, 25 November 2025 - 17:58 WITA

Prof. Nuriadi Ajak Masyarakat Memuliakan Guru di Hari Guru Nasional 2025

Sabtu, 15 Februari 2025 - 17:47 WITA

Festival Bau Nyale 2025: Peresean dan Parade Siu Puteri Mandalika Meriahkan Tradisi di Lombok

Senin, 14 Oktober 2024 - 06:59 WITA

Konversi Lahan Pertanian Sebuah Keniscayaan, Ini Gagasan Rohmi Firin untuk Ketahanan Pangan NTB

Minggu, 28 April 2024 - 15:06 WITA

Banyak Manfaat, UMKM Didorong Berinvestasi atau Nabung Saham

Jumat, 26 April 2024 - 17:38 WITA

Dana Pemerintah Daerah Mengendap di Bank hingga Rp 180,96 Triliun

Berita Terbaru

Apa yang mereka lakukan berangkat dari kesadaran sebagai manusia biasa  (Foto: ist)

AGENDA SOSIAL

Seni sebagai Kesaksian Zaman: Solidaritas dari Mataram untuk Sumatera

Selasa, 23 Des 2025 - 01:12 WITA

The Last Fruit mengandung metafora yang kuat. Ia terdengar sederhana, tetapi sekaligus menggetarkan (Foto: bp)

TOKOH & INSPIRASI

Buah Terakhir dari Hutan yang Terkoyak

Senin, 22 Des 2025 - 20:32 WITA

Karya-karya Pak Kisid (kanan) hadir sebagai penanda bahwa seni tidak hanya berbicara tentang bentuk dan warna, tetapi juga tentang nilai dan tanggung jawab.(Foto: ist)

TOKOH & INSPIRASI

I Nengah Kisid: Melukis sebagai Jalan Membaca, Mendengar, dan Melakukan

Senin, 22 Des 2025 - 18:32 WITA

Dari Sumbawa, sebuah gagasan sedang dirajut: bahwa masa depan literasi daerah tidak harus gemerlap, tetapi harus berakar (foto: NR)

KEARIFAN LOKAL

Menggagas Perpustakaan Tematik: Jalan Sunyi Literasi dari Tana Samawa

Senin, 22 Des 2025 - 16:54 WITA

Dipsy Do tergolong band baru, lahir dari jam-jam sepulang kerja (Foto: Konser Lombok)

MUSIC & SHOW BIZZ

Dipsy Do di Soundrenaline 2025: Dari Mataram ke Pusat Hiruk-Pikuk Modernitas

Senin, 22 Des 2025 - 15:50 WITA