BIMA (ceraken.id)- Pemerintah Kota (Pemkot) Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB) mengungkapkan kelangkaan elpiji 3 kilogram di wilayah ini akibat belum ada pasokan dari Pertamina.
Kepala Dinas Koperasi Perindustrian dan Perdagangan Kota Bima Tafsir mengakui akibat belum adanya pasokan menyebabkan harga elpiji ukuran 3 kilogram di wilayah ini melonjak drastis.
“Pasokan dari Pertamina sebanyak 63 ribu tabung untuk jatah Kota Bima bulan Januari sampai Februari belum didroping, sehingga terjadi keterlambatan dan berakibat tingginya harga yang dijual di tengah-tengah masyarakat,” ujarnya dalam keterangan tertulis, di Mataram, Jumat.
Ia mengakui 63 ribu tabung elpiji ukuran 3 kilogram yang belum didroping tersebut pada bulan Januari dan Februari memang jatah yang diperuntukkan Kota Bima.
Akan tetapi akibat belum ada pasokan tersebut, harga jual elpiji 3 kilogram di tengah-tengah masyarakat menjadi di atas harga eceran tertinggi (HET). Padahal, harga yang disepakati antara agen dan distributor Rp18 ribu per tabung.
“Namun berdasarkan hasil penelusuran kami, masih banyak pengecer yang menjual melampaui di atas harga satuan, bahkan mencapai Rp25 ribu hingga Rp35 ribu per tabung 3 kilogram,” ujar Tafsir, saat memantau operasi pasar murah di halaman Kantor Lurah Paruga, Kota Bima.
Menurutnya, harga Rp25 ribu hingga Rp35 ribu per tabung ukuran 3 kilogram terbilang tinggi.
“Ini tinggi sekali, secepatnya akan kami tegur dan evaluasi melalui sistem pengawasan,” katanya pula.
Oleh karena itu, dengan adanya operasi pasar murah ini diharapkan harga bahan pokok dapat terjangkau oleh masyarakat, demikian juga harga elpiji dapat segera stabil sesuai HET.
“Operasi pasar murah yang dilakukan saat ini terpantau lancar dan ramai dikunjungi warga yang hendak belanja kebutuhan bahan pokok. Kami gandeng Perum Bulog Bima, dan Perum Bulog menyediakan sebanyak 5 ton beras, gula 300 kilogram, minyak goreng 600 liter, namun yang lebih diminati masyarakat beras dan minyak goreng,” katanya lagi.***