Pergulatan, Pertumbuhan, dan Kejujuran Bagus Maulana Menjadi Borka

Minggu, 7 Desember 2025 - 08:24 WITA

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Memerankan Borka menuntut kesiapan mental dan fisik. Karakter ini tidak menawarkan kenyamanan: ia penuh lapisan, penuh kontradiksi, dan memiliki dunia batin yang rumit (Foto: ist)

Memerankan Borka menuntut kesiapan mental dan fisik. Karakter ini tidak menawarkan kenyamanan: ia penuh lapisan, penuh kontradiksi, dan memiliki dunia batin yang rumit (Foto: ist)

CERAKEN.ID- Mataram- Ada momen-momen tertentu yang menjadi titik balik bagi seorang aktor, kala menapaki perjalanan seni peran. Momen ketika kesulitan justru memantik keberanian, dan ketidakpastian justru membuka pintu menuju penemuan diri.

Bagi Bagus Maulana, mahasiswa UNU NTB yang memerankan karakter utama dalam Lakon Borka, yang akan dipentaskan dalam Festival Teater Nasional pada 10 Desember 2025 di Taman Budaya Mataram, peran Borka bukan sekadar tugas seni, tetapi sebuah perjalanan batin yang penuh pergulatan dan pertumbuhan.

Bagus mengakui bahwa dirinya sulit menjelaskan bagaimana rasanya menjadi Borka. Bukan karena kurangnya kata, tetapi karena kompleksitas pengalaman yang ia jalani.

Ini adalah kali pertama ia bermain dalam teater dengan konsep seintens dan sekompleks Borka, sekaligus debutnya di panggung nasional.

Situasi ini menempatkannya dalam posisi yang tidak mudah, ia dipercaya menjadi pusat pertunjukan, seorang magnet dramaturgi yang menggerakkan alur dan tensi cerita. Tidak heran jika perasaannya sempat campur aduk: antara bangga, gugup, takut, tetapi juga tertantang.

Akan tetapi, justru dari perasaan yang tidak stabil itu muncul sebuah energi baru. Bagus menemukan semangat yang selama ini mungkin tersembunyi di balik rutinitas sebagai mahasiswa.

Baca Juga :  Di Balik Riuh Pesta Seni NTB, Dody Setiawan Menjadi Penggerak Suasana

Ia mulai banyak membaca, berdiskusi, dan mengeksplorasi berbagai referensi, sebuah proses yang sebelumnya jarang ia lakukan. Bahkan, ia menyelesaikan satu buku dalam kurang dari seminggu, sesuatu yang baginya terasa ajaib mengingat kebiasaan membaca bukanlah hal yang dekat dengannya.

“Pada titik ini, Borka bukan hanya menantangnya secara artistik, tetapi juga secara intelektual,” kata Bagus.

Memerankan Borka menuntut kesiapan mental dan fisik. Karakter ini tidak menawarkan kenyamanan: ia penuh lapisan, penuh kontradiksi, dan memiliki dunia batin yang rumit.

Kompleksitas inilah yang membuat Bagus sempat kesulitan di awal. Dialog yang tidak biasa, gerakan tubuh yang jauh dari teater konvensional, dan dinamika panggung yang menuntut fleksibilitas tinggi.

Semua hal itu memaksa Bagus keluar dari zona nyamannya, menghadapi sisi dirinya yang belum pernah ia lihat sebelumnya.

Namun justru di sanalah letak kejujuran yang sangat bermakna. Bagus tidak menutupi kegugupannya, tidak memalsukan pemahamannya, dan tidak mengklaim kemudahan yang tidak ia rasakan.

Baca Juga :  PSIU: Gerakan Terpadu untuk Mencetak Generasi Inovator Sosial NTB

Ia menjalani proses ini apa adanya, dengan keterbukaan seorang pembelajar sejati.

Kejujuran semacam ini penting dalam dunia seni peran. Karena karakter yang baik lahir dari aktor yang berani rentan, berani mengakui ketidaktahuannya, dan bersedia bertumbuh dari sana.

Perjalanan Bagus sebagai Borka menggambarkan bagaimana sebuah peran dapat mengubah seseorang. Dari mahasiswa yang awalnya ragu, ia berubah menjadi aktor yang mau membaca, mendalami karakter, berdiskusi, dan mengeksplorasi tubuhnya sebagai instrumen teater.

“Borka memberi ruang baginya untuk terus bertanya, bereksperimen, dan mengenali dirinya di panggung,” ujar Bagus.

Pada akhirnya, pengalaman Bagus bukan hanya tentang teater; ia adalah tentang keberanian menghadapi yang tidak dikenal. Tentang proses yang terkadang melelahkan tetapi justru membuka pintu-pintu baru dalam diri.

Dan yang paling penting, tentang kejujuran. Kejujuran yang membuat perjalanan ini bukan sekadar latihan peran, tetapi sebuah fase pertumbuhan yang akan membekas jauh melampaui durasi pertunjukan itu sendiri.(Aks)***

Penulis : Aks

Editor : Ceraken Editor

Sumber Berita : Liputan

Berita Terkait

Musik Teater sebagai Jantung Emosional: “Sajian Bunyi” Gde Agus Mega
Menemukan Sirin: Perjalanan Witari Ardini dalam Borka 2025
Menyusuri Labirin Lakon Borka Bersama Sopiyan Sauri
Mural Sosial di Tembok Senggigi: Jejak Kreativitas, Perlawanan, dan Kepedulian Bambang Prasetya
Di Balik Riuh Pesta Seni NTB, Dody Setiawan Menjadi Penggerak Suasana
Ketua APWI NTB Kupas Kekuatan Penokohan dalam Novel Menghadang Kubilai Khan
Bahasa, Kepemimpinan, dan Zaman yang Terus Berubah
Mantra Ardhana: Seni sebagai Misteri, Dialog, dan Perlintasan Medium

Berita Terkait

Minggu, 7 Desember 2025 - 15:03 WITA

Musik Teater sebagai Jantung Emosional: “Sajian Bunyi” Gde Agus Mega

Minggu, 7 Desember 2025 - 10:20 WITA

Menemukan Sirin: Perjalanan Witari Ardini dalam Borka 2025

Minggu, 7 Desember 2025 - 08:24 WITA

Pergulatan, Pertumbuhan, dan Kejujuran Bagus Maulana Menjadi Borka

Kamis, 4 Desember 2025 - 00:26 WITA

Mural Sosial di Tembok Senggigi: Jejak Kreativitas, Perlawanan, dan Kepedulian Bambang Prasetya

Senin, 1 Desember 2025 - 17:01 WITA

Di Balik Riuh Pesta Seni NTB, Dody Setiawan Menjadi Penggerak Suasana

Berita Terbaru

Musik teater adalah jantung emosional pertunjukan. Ia bukan sekadar latar, melainkan energi yang menghidupkan panggung (Foto: Aks)

TOKOH & INSPIRASI

Musik Teater sebagai Jantung Emosional: “Sajian Bunyi” Gde Agus Mega

Minggu, 7 Des 2025 - 15:03 WITA

Nilai sebuah penampilan bukan terletak pada durasinya, melainkan pada kualitas yang terkandung (Foto: ist)

RUPA RUPA

Autentik yang Berkelas: Perjalanan Sanggaita sebagai Penembang

Minggu, 7 Des 2025 - 12:20 WITA

Dari seorang pelajar, ia menjelma menjadi pencipta wujud Sirin yang hidup, karakter yang lahir dari kerja belajar, kerja tubuh, dan kerja hati (Foto: ist)

TOKOH & INSPIRASI

Menemukan Sirin: Perjalanan Witari Ardini dalam Borka 2025

Minggu, 7 Des 2025 - 10:20 WITA

Memerankan Borka menuntut kesiapan mental dan fisik. Karakter ini tidak menawarkan kenyamanan: ia penuh lapisan, penuh kontradiksi, dan memiliki dunia batin yang rumit (Foto: ist)

TOKOH & INSPIRASI

Pergulatan, Pertumbuhan, dan Kejujuran Bagus Maulana Menjadi Borka

Minggu, 7 Des 2025 - 08:24 WITA