Pemkot Mataram Normalisasi Kolam Retensi

Minggu, 17 Maret 2024 - 10:22 WITA

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

MATARAM(ceraken id)- Pemerintah Kota Mataram, Provinsi Nusa Tenggara Barat, melakukan normalisasi kolam retensi di kawasan Babakan agar dapat berfungsi maksimal menampung air dari hulu sekaligus mengantisipasi terjadinya luapan ke permukiman warga.

“Dengan normalisasi ini, diharapkan kolam retensi Babakan bisa berfungsi maksimal untuk menampung air dari hulu ketika kapasitas berlebih,” kata Asisten II Bidang Administrasi Pembangunan dan Perekonomian Setda Kota Mataram Miftahurrahman di Mataram, Sabtu.

Kegiatan normalisasi tersebut dilaksanakan oleh Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kota Mataram, dengan menurunkan alat berat untuk mudahkan dan mempercepat normalisasi atau pengangkatan sedimen.

Luas kolam retensi yang dinormalisasi sekitar 4.000 meter persegi dengan kedalaman satu hingga 1,5 meter, dan dikerjakan selama 12 hari.

Baca Juga :  Pantun Jadi Warisan Budaya Tak Benda UNESCO, BRIN Usul Penetapan Hari Pantun Nasional

“Kolam retensi ini merupakan bagian dari areal hutan kota ‘Giong Siu’, dengan total luas 1,8 hektare,” katanya.

Dikatakan, kegiatan normalisasi kolam retensi tersebut sebagai antisipasi luapan air wilayah hulu atau sungai bagian timur, selama cuaca ekstrem berupa angin kencang dan hujan deras yang terjadi dalam satu pekan terakhir ini.

“Ketika terjadi peningkatan volume air sungai dari hulu, air bisa masuk ke kolam retensi untuk kemudian dialirkan ke Kali Unus Babakan,” katanya.

Di sisi lain, untuk memaksimalkan keberadaan kolam retensi Babakan yang juga menjadi hutan kota, pemerintah kota sudah melakukan penataan terhadap areal tersebut menjadi sebuah objek wisata bumi perkemahan (camping ground) “Going Siu” atau ayunan seribu.

Baca Juga :  Masjid Songak: Warisan Sejarah dan Tradisi Islam Lombok yang Tetap Hidup

Bahkan pemerintah kota melalui Dinas Pariwisata Kota Mataram telah melengkapi fasilitas di kawasan “Giong Siu” seperti lapak pedagang kaki lima, ayunan, tenda, pedestrian, toilet, dan lainnya yang sekarang dikelola oleh kelompok sadar wisata (pokdarwis) setempat.

“Karena itu, selain berfungsi untuk membendung air dari hulu. Kolam retensi bisa dimanfaatkan untuk wisata bermain kano, sepeda air, atau sejenisnya,” kata dia menambahkan.***

 

Penulis : CR - 04

Editor : Tim Redaksi

Sumber Berita : Antara

Berita Terkait

Bangunan Belanda di Taman Suranadi Diajukan Masuk Cagar Budaya
Masjid Songak: Warisan Sejarah dan Tradisi Islam Lombok yang Tetap Hidup
Pengaruh Akulturasi Tionghoa dalam Warisan Budaya Indonesia: Dari Pakaian Tradisional hingga Kuliner
Pantun Jadi Warisan Budaya Tak Benda UNESCO, BRIN Usul Penetapan Hari Pantun Nasional
Pemkab Nganjuk Tetapkan Candi Ngetos dan Candi Lor sebagai Cagar Budaya
Batik Sasambo, Kain NTB dengan Sentuhan Legenda Putri Mandalika
Kinerja Cemerlang Pj Bupati Lobar Tuai Apresiasi Kemendagri, H. Ilham: Ini Hasil Kolaborasi Bersama
Banjir Hantam  Desa Aikmel Barat Lombok Timur. Ternyata ini Penyebabnya!

Berita Terkait

Minggu, 16 Februari 2025 - 19:24 WITA

Bangunan Belanda di Taman Suranadi Diajukan Masuk Cagar Budaya

Minggu, 16 Februari 2025 - 19:19 WITA

Masjid Songak: Warisan Sejarah dan Tradisi Islam Lombok yang Tetap Hidup

Sabtu, 15 Februari 2025 - 21:05 WITA

Pengaruh Akulturasi Tionghoa dalam Warisan Budaya Indonesia: Dari Pakaian Tradisional hingga Kuliner

Sabtu, 15 Februari 2025 - 17:40 WITA

Pemkab Nganjuk Tetapkan Candi Ngetos dan Candi Lor sebagai Cagar Budaya

Kamis, 13 Februari 2025 - 20:24 WITA

Batik Sasambo, Kain NTB dengan Sentuhan Legenda Putri Mandalika

Berita Terbaru

Bangunan bersejarah peninggalan Belanda di Taman Suranadi. (Inside Lombok/Yudina)

WARISAN NUSANTARA

Bangunan Belanda di Taman Suranadi Diajukan Masuk Cagar Budaya

Minggu, 16 Feb 2025 - 19:24 WITA

Masjid Kuno Songak (Foto : Halaman Masjid Kuno Songak Lombok Timur/facebook)

WARISAN NUSANTARA

Masjid Songak: Warisan Sejarah dan Tradisi Islam Lombok yang Tetap Hidup

Minggu, 16 Feb 2025 - 19:19 WITA