LOMBOK TENGAH (ceraken.id)- Menyambut Hari Kesiapsiagaan Bencana Nasional yang diperingati setiap tanggal 26 April, Badan Meteorologi Klimatologi Geofisika (BMKG) Nusa Tenggara Barat (NTB) Stasiun Geofisika Mataram mengadakan simulasi mitigasi bencana gempa di Kawasan Kuta Mandalika, Kecamatan Pujut, Lombok Tengah, Jumat (26/4/2024).
Melatih kemampuan evakuasi menjadi fokus utama BMKG NTB Stasiun Geofisika Mataram dalam simulasi mitigasi bencana di Kuta Mandalika. Simulasi melibatkan ITDC atau PT Pengembangan Pariwisata Indonesia, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Lombok Tengah, dan masyarakat. Tujuan dari simulasi antara lain memahami gempa bumi sebagai tanda bahaya karena memiliki risiko, dan mampu menimbulkan kerugian di tengah Masyarakat.
“Yang kita tekankan adalah memanfaatkan golden time atau waktu emas. Masyarakat dapat melakukan tindakan yang tepat ketika gempa terjadi. Berlindung, dan berkumpul”, kata Kepala Stasiun Geofisika Mataram Ardhianto Septiadi di dalam dialog Opini Publik dan Klarifikasi RRI Mataram, Jumat (26/4/2024). Opini Publik bertopik Mencermati Peristiwa Gempa Bumi di NTB.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Menurut Ardhianto, potensi terjadinya gempa di NTB karena ada megatrust dan sesar. Pergerakan keduanya menyebabkan terjadinya sebaran gempa di NTB. BMKG mencatat, peristiwa gempa di NTB dalam seminggu bisa mencapai 150 peristiwa.
Ardhianto mengatakan, gempa bumi tidak berujung bahaya ketika tidak memiliki dampak. Sementara itu dampak dari peristiwa gempat diantaranya tsunami dan likuifaksi. Dampak gempa mendorong pemerintah menerbitkan regulasi tentang standar bangunan gedung tahan gempa. Regulasi berlaku pula bagi bangunan non gedung.
Fokus BMKG lainnya, meliputi peta bahaya dan teknik komunikasi siaga tsunami. Peta bahaya dan teknik komunikasi ini penting dibangun di kawasan pariwisata yang menjadi tempat liburan wisatawan asing. Setelah peta tercetak, setiap masyarakat dapat memperlihatkannya kepada⁹ wisatawan asing agar ikut melakukan mitigasi ketika bencana gempa terjadi.
Ardhianto menyatakan, gempa dengan dampak tsunami pernah terjadi di wilayah Lunyuk, Kabupaten Sumbawa, tahun 1977. Lunyuk adalah wilayah Selatan Pulau Sumbawa. Tsunami dari peristiwa itu sampai pula ke Teluk Awang, Lombok Tengah. Melihat itu sudah sepantasnya pembangunan di wilayah Selatan NTB berbasis kebencanaan.
“Sebelum ke investasi, BMKG dan multi pihak perlu melakukan kajian tentang standar kondisi tanah. Berdasar kajian geologi dan tujuan zero victim,” kata Ardhianto.***